Rabu, 17 November 2010

Jenderal Hoegeng Imam Santoso

Medio 70-an ada anekdot yang mengatakan bahwa ada dua polisi yang tak bisa disuap yakni, polisi tidur dan polisi Hoegeng. Ya, Jenderal Hoegeng merupakan sosok polisi profesional dengan mengutamakan pengabdian kepada negara. Beliau adalah sosok polisi yang profesional yang tak mempan disuap oleh cukong-cukong yang bermasalah dengan hukum. Inilah figur polisi yang patut diteladani.
Ketika pindah dan memulai bertugas di Medan, Sumatera Utara, Jenderal Hoegeng sempat mengembalikan perabotan rumah dinas sumbangan dari pengusaha setempat.  Itulah Jenderal Hoegeng.  
Nama lengkapnya Hoegeng Imam Santoso, putra Pekalongan Jawa Tengah yang lahir pada 14 Oktober 1921 dengan jabatan terakhir adalah Kapolri. Walaupun sudah menjabat sebagai orang nomor satu di jajaran kepolisian Indonesia, Jenderal Hoegeng tatap berpenampilan sederhana, jujur, dan tegas. 

Sejarah Singkat Jenderal Hoegeng

Sedikit sejarah sosok Jenderal Hoegeng yang lahir di Pekalongan, dia menempuh pendidikan dasarnya 1934 di HIS zaman dahulu setingkat dengan SD, lantas setelah lulus dari HIS melanjutkan ke MULO 1987. Setelah tamat pendidikan menengah pertama, Hoegeng muda melanjutkan pendidikannya di AMS Yogyakarta. Kemudian menjalani sekolah polisi di Pekalongan tepatnya di Pendidikan Ajun Inspektur pada 1943.
Semasa di kepolisian, Hoegeng Imam Santoso pernah menjabat Kapolsek Jomblang, Semarang pada 1945, Kepala DPKN di Surabaya, Kabareskrim, Sumatera Utara dan sejumlah jabatan lainnya hingga beliau dipercaya oleh Soeharto untuk menjabat Kapolri. Ketika Jenderal Hoegeng menjabat Kabareskrim di Medan, beliau banyak sekali menyeret bandar judi, cukong kayu ke meja pengadilan. Hingga Hoegeng ini ditakuti oleh preman-preman Medan.  
Namun, pernah ada sebuah kasus yang menjadikan Jenderal Hoegeng tidak percaya lagi dengan Soeharto. Yakni saat anak buah Jenderal Hoegeng berhasil membongkar kejahatan penyelendupan mobil mewah yang merugikan negara, yang konon tersangkanya di-backing oleh Cendana.
Nah, isu ini terbukti ketika polisi sudah mengumpulkan bukti-bukti kejahatan dari kasus besar penyelundupan mobil mewah, pun polisi siap menyeret tersangka ini ke sel. Tapi ketika Jenderal Hoegeng berniat melaporkan kasus ini kepada Soeharto ternyata penjahat yang tengah diincar ternyata sedang ngobrol akrab dengan Soeharto di Cendana. Tak pelak lagi, penjahat itu lolos dari jeratan hukum karena ada orang kuat di negeri ini yang melindungi aksi penyelundupannya.
Sejak itu hubungan Hoegeng dengan Soeharto tak harmonis lagi. Puncak keretakan hubungan itu adalah pencopotan tiba-tiba jabatan Kapolri dari pundak Jenderal Hoegeng. Pencopotan itu tidak dilandasi oleh alasan yang masuk akal.
Setelah lengser dari Kapolri, Jenderal Hoegeng sempat ditawari jabatan duta besar, tapi tawaran Soeharto itu ditampik. Alasannya, beliau tidak bisa berdiplomasi dan lebih suka tinggal di tanah air. Sejak saat itu, beliau ber-oposisi dengan rezim orde baru dengan ikut serta menandatangtangani petesi 50.
Masa pensiun pun diisi dengan bermain musik kesukaannya yakni jenis Hawaiian Music juga menjadi pengurus ORARI.  Jenderal Hoegeng wafat di Jakarta pada 14 Juli 2004 dan dimakamkan di TPU Giritama, Kabupaten Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar