![]() Semakin lama dipandang, kesan ganas yang melekat pada nganga kawah ini berangsur sirna. Bayangan kengerian pada gunung berapi yang biasanya mampu melumatkan semua makhluk hidup saat menyemburkan lava panas dari perut bumi pun hilang. Kesan menakutkan itu berganti dengan rasa takjub dan decak kagum tiada habisnya. Kawah yang luasnya sekitar 5.466 hektar ini menyimpan eksotisme kawah gunung berapi. Ketenangan air kawah yang berwarna hijau kebiru-biruan itu mengesankan keanggunan. Pemandangan di sana akan lebih menakjubkan bila dinikmati di pagi hari. Air kawah yang volumenya sekitar 200 juta meter kubik dengan panas mencapai 200 derajat Celcius itu memancarkan kemilau hijau keemasan saat sinar mentari menerpa dari balik Gunung Merapi, saudara kembar Gunung Ijen. Keindahan itu dijaga oleh dinding kawah yang terdiri dari bebatuan solfatra dan lapili. Kedua bebatuan itu merupakan endapan erupsi yang berwarna hitam legam. Sesekali asap putih tebal menutup permukaan kawah saat angin berembus dari arah Gunung Merapi. Sekejap kemudian, bau belerang menyengat menyeruak tatkala angin naik dari dasar kawah. Aroma khas itu berasal dari lokasi penambangan batu belerang yang ada di sisi tenggara kawah yang berukuran 1.160 meter x 1.160 meter itu. ![]() ![]() Ada belasan gunung di sana. Di antaranya, Gunung Kendeng, Ringgih, Merapi, Ijen, Papak, Widodaren, Pawenan, Rante, Jampit, Raung dan Suket, Kukusan, Deleman, Pendil, Kenteng, Panduan, Anyar, dan Gunung Lingker. Ke semua gunung yang meliputi dataran tinggi seluas 300 km persegi itu menantang siapa pun untuk melakukan pendakian. Pesona alam pegunungan kian lengkap di bulan Agustus dan September. Di kawasan pegunungan Ijen dan Merapi, pengunjung akan menjumpai bunga edelweiss. Bunga berwarna kuning dan putih itu tumbuh di lereng-lereng pegunungan. Hamparan edelweiss itu bak permadani berhiaskan lautan bunga tatkala sedang mekar. Untuk menjangkau kawah Ijen tidaklah sulit. Ada dua rute yang bisa ditempuh, yakni lewat Kota Bondowoso (210 km dari Surabaya) atau melewati Kota Banyuwangi (sekitar 290 km dari Surabaya). Kedua jalur itu menjanjikan pemandangan alam pegunungan yang sejuk dan asri. Di sepanjang jalan beraspal mulus, hamparan kebun kopi, padang ilalang, dan hutan perdu yang luas menyapa siapa pun yang lewat. Dari Bondowoso, jarak yang harus ditempuh sejauh 72 kilometer. Kendaraan umum akan siap mengantar pengunjung hingga Desa Sempol (57 km dari Bondowoso). Dari sini perjalanan dilanjutkan menuju Pos Paltuding sejauh 15 km. Rute Sempol-Paltuding ini adalah trek menanjak yang bisa ditempuh dengan kendaraan sewa khusus karena tak ada lagi kendaraan umum. Pilihan kedua, Ijen ditempuh dari arah timur (Banyuwangi). Jalur ini lebih disukai oleh wisatawan asing yang menyempatkan diri mampir dari Bali. Selain jaraknya lebih dekat (30 km), di sepanjang perjalanan banyak alternatif objek wisata lain yang bisa dikunjungi. Di antaranya agrowisata kebun kopi Kaliklatak dan wisata budaya Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Lewat jalur ini wisatawan hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan naik truk milik PT Candi Arimbi. Usai Paltuding, pengunjung harus berjalan kaki melewati hutan cemara dan perdu sejauh empat km sampai ke puncak kawah Ijen. Rute ini juga rute tetap para buruh pengangkut belerang. Kondisi jalan tanah yang selalu basah ini relatif lebar dan dilengkapi dengan pos-pos peristirahatan sementara. Di sela-sela hutan pinus dan cemara sepanjang jalan dari Pos PHPA Paltuding hingga Pondok Seng, pengunjung bisa menikmati sepuasnya aroma harum bunga edelweiss (Anaphalis Javanica). Dengan seabreg pesona yang dimilikinya, tidak heran jika Ijen sudah menjadi objek wisata tujuan utama kedua di Jatim setelah Gunung Bromo di Probolinggo. Bahkan saking banyaknya wisatawan yang datang ke Ijen, antara Pemerintah Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi sering bertengkar untuk memperebutkannya. |
Senin, 22 November 2010
Gunung Ijen Bondowoso - Eksotisme Tiada Banding
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar