Selasa, 26 April 2011

Mau Tau Gan, Alat Penjaga Keperawanan









gimana gan??
mau coba??

Huehehehe ...... (guling2 abis)

liat ini gambar ga tahan buat ga ketawa!!



asli konyol banget dah ini orang gambarnya bisa pas gitu.

Bahaya !!! Wanita Bisa Membunuh Pria



gan ini pic cewe yg bisa mengakibatkan nyawa cowo melayang








Benteng Pertahanan Termegah di Asia

Oleh Amril Taufik Gobel

Adalah sebuah hal yang cukup beralasan bila seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan benteng  Fort Rotterdam di Makassar sebagai "the best preserved Dutch fort in Asia",  benteng Belanda yang paling terlestarikan di Asia. Saat berkunjung akhir tahun lalu, saya masih merasakan nuansa menawan benteng yang dibangun pada abad ke-17 ini. Peninggalan dari Kesultanan Gowa, benteng ini kokoh berdiri di pinggir pantai sebelah barat Makassar. 



Walau pada beberapa sisi terlihat kusam dengan lumut yang menempel pada dinding tembok benteng, kemegahannya masih terasa. Saat berdiri di depan gerbangnya yang kokoh saya mendadak membayangkan kehebatan Kesultanan Gowa membangun benteng ini. Dari 17 benteng yang dibangun di sekeliling kota, Fort Rotterdam merupakan benteng yang masih tersisa hingga saat ini dan masih terpelihara keasliannya.

Dari segi arsitektural benteng ini menampilkan bangunan berbentuk mirip penyu hendak merangkak turun ke lautan. Karena bentuknya mirip penyu, kadang benteng ini juga dinamai Benteng Panyua (Penyu), representasi kejayaan Kesultanan Gowa yang senantiasa meraih kemenangan di darat maupun laut.



Benteng Rotterdam dibangun pada 1545 oleh Raja Gowa ke-X yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Bahan dasar pembangunan benteng ini berasal dari batu dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Pada 9 Agustus1634, Sultan Gowa ke-XIV (I Mangerangi Daeng Manrabbia dengan gelar Sultan Alauddin) membuat dinding tembok dengan batu padas hitam yang didatangkan dari pegunungan Kartz daerah Maros. Pada tanggal 23 Juni 1635, dibangun lagi dinding tembok kedua dekat pintu gerbang.

Sejarah mencatat, untuk memperkuat jalur perdagangan rempah-rempah serta memperluas kekuasaan, Belanda pernah menyerang benteng ini pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin antara 1655-1669. Dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman, pasukan Belanda menggempur Kesultanan Gowa selama setahun penuh.

Mereka dihadapkan pada perlawanan tangguh prajurit Sultan Gowa. Akibatnya, sebagian benteng hancur dan pasukan Sultan Hasanuddin menyerah. Akibat kekalahan tersebut Sultan Gowa dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Namanya kini diabadikan menjadi salah satu universitas negeri dan bandar udara internasional di Makassar.



Benteng yang sebagian hancur ini kemudian dibangun kembali oleh Gubernur Jendral Speelman dengan model arsitektur Belanda. Speelman menamakan benteng ini sama dengan nama tempat kelahirannya, Rotterdam. Bentuk benteng yang tadinya segi empat dengan empat bastion, ditambahkan satu bastion lagi di sisi barat.  Kehadiran benteng ini tidak hanya menjadi pusat pemerintahan Belanda di wilayah timur Indonesia namun juga menjadi pusat koordinasi perdagangan rempah-rempah Nusantara.

Sebuah patung warna putih yang menggambarkan Sultan Hasanuddin mengendarai kuda menyambut kedatangan pengunjung di benteng ini. Patung yang gagah, tapi sayangnya ada tangan-tangan nakal yang mencorat-coret beberapa bagian patung. Memasuki kawasan benteng, kita bisa langsung menuju Museum Lagaligo yang berisi peninggalan sejarah dan artefak-artefak budaya masa lalu, khususnya kerajaan Gowa-Tallo serta daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan.



Di dalam kawasan benteng terdapat pula ruang tahanan Pangeran Diponegoro. Menurut sejarah, Pangeran Diponegoro yang memimpin perlawanan pada Belanda antara 1825-1830 itu akhirnya ditangkap setelah dijebak oleh siasat licik penjajah untuk melakukan perjanjian damai. Pada 1834, Pangeran Diponegoro dibawa ke Fort Rotterdam setelah sebelumnya dibuang ke Manado. Di dalam sel penjara berdinding kokoh melengkung itulah Pangeran Diponegoro ditahan.

Banyak kalangan mempercayai sang Pangeran akhirnya wafat di Makassar, namun ada juga yang menyebutkan, untuk menghindari konflik jenazah Pangeran Diponegoro dipindahkan Belanda dan dimakamkan pada sebuah tempat yang dirahasiakan.

Sangat mudah mencapai benteng Fort Rotterdam karena letaknya di tengah kota Makassar. Anda bisa menggunakan angkutan umum atau taksi untuk mencapai tempat ini. Tidak ada pungutan bayaran apapun untuk memasuki benteng bersejarah yang kini menjadi salah satu obyek wisata andalan Sulawesi Selatan.

Jalan-Jalan Ke Mana Ya Enaknya?

Oleh Trinity

Kalau lagi capek dan jenuh dengan rutinitas, rasanya pingin kabur ke suatu tempat, jalan-jalan sama keluarga atau teman. Saya sering mendengar banyak orang bilang, "Jalan-jalan, yuk! Bosen nih ngantor. Pengen cuti." Lalu saya tanya, "Ke mana?" Dan jawabannya, "Nggak tahu. Ke mana ya enaknya?".

Bisa jadi karena mereka nggak tau apa maunya, tapi usut punya usut ternyata kata mereka menentukan destinasi liburan itu bukan perkara gampang. Padahal duit ada dan waktu tersedia. Apakah Anda mengalami hal yang sama?


Tempo/Arif Wibowo
Berikut beberapa saran bagaimana menentukan destinasi liburan:

1. Mengurai batasan
Pertama-tama uraikan dulu batasan-batasan yang kita punya, seperti berapa lama waktu yang tersedia, berapa banyak budget yang akan dihabiskan, dan dengan siapa kita akan pergi. Pergi bersama keluarga dengan anak tentunya lebih terbatas pilihannya daripada pergi bersama teman yang semuanya single. Yang berkeluarga harus menyesuaikan liburan sekolah, pergi ke tempat yang child friendly, dan budget yang lebih besar karena membiayai minimal 3 orang dari satu kantong. Sementara yang single pada dasarnya bisa pergi ke mana saja.

2. Menentukan tema
Pastinya kita akan pergi ke tempat yang kita senangi, tapi tempat seperti apa? Apalagi kalau kita tidak pergi sendiri kan harus disesuaikan dengan peserta lainnya. Paling gampang, tentukan tema perjalanan. Misalnya: wisata kuliner, wisata belanja, jalan-
jalan ke pantai, ke gunung, dan sebagainya.

3. Merinci detilNah, setelah ketemu temanya, saatnya merinci detil. Contohnya kalau kita mau ke pantai, pantai yang bagaimana? Berpasir putih kah? Pantai yang berpasir luas supaya bisa leyeh-leyeh? Ombaknya kecil atau besar? Atau tidak peduli pantai berpasir putih atau hitam, luas atau lebar, berombak atau tidak? Ingat, setiap tempat meski sama-sama pantai memiliki karateristik yang berbeda.


AP/Christophe Ena

4. Season
Bukan cuma berapa lama kita akan pergi yang penting, tapi juga kapan, karena libur di tempat Anda belum tentu libur juga di tempat tujuan. Apakah destinasi yang dipilih saat peak season (akhir pekan yang panjang, liburan sekolah, liburan hari besar) atau low
season
? Tentunya saat peak season membutuhkan budget yang lebih besar karena harga cenderung lebih tinggi, juga membutuhkan persiapan yang lebih panjang karena harus memesan jauh-jauh hari agar mendapat tiket atau hotel.

5. Membuat konklusiSetelah semua hal di atas kita ketahui, buatlah konklusi. Misalnya: saya dan dua orang teman yang tinggal di Jakarta, pingin pergi ke pantai berpasir putih selama long week end hari raya Nyepi dengan budget minim. Jadi kalau kita mau jalan-jalan selama tiga
hari liburan Nyepi ke pantai, maka Bali akan dengan mudah dicoret ke dalam daftar destinasi.

6. Mengumpulkan informasiSaat ini informasi paling mudah didapat dari internet. Bisa ditambah dengan saran dari teman, baca majalah atau buku, atau bahkan nonton. Dengan konklusi yang sudah kita buat, pengumpulan informasi bisa sangat fokus. Contoh: di mana saja ya, pantai berpasir putih yang aksesnya mudah (sehingga tidak terlalu mahal) untuk dijangkau dari Jakarta?


AP/Mike Groll

7. Memilah pilihan
Bisa jadi informasi yang kita dapat sangat banyak, sehingga timbul masalah baru: bingung menentukan mau yang mana. Atau justru kebalikannya, informasi yang ada sangat sedikit yang juga membuat bingung harus bagaimana. Nggak usah ribet. Kalau banyak pilihan, berdiskusilah dengan rekan perjalanan dan pilih tempat yang menyenangkan buat semua. Atau kalau jalan sendiri, tanyakan saran kepada teman atau keluarga. Kalau kurang informasi, silakan evaluasi kembali konklusi Anda, cari bagian mana yang bisa disesuaikan.

8. Menentukan destinasiMeskipun sudah melewati tahap 1 sampai 7, ada kalanya hasil akhir kurang memuaskan. Bisa jadi karena jawabannya "kurang exciting" seperti misalnya Anyer untuk contoh di atas. Nah, balik lagi deh ke tahap 1 dan ubah semua batasannya.

Kalau masih bingung sementara waktu semakin dekat, saya punya 1 saran lagi: pulang kampung, berkunjung ke rumah saudara. Siapa bilang pulang kampung bukan jalan-jalan dan tidak exciting? Semua tergantung mindset kita, bukan?

8 Pelajaran dari Transportasi Umum di Indonesia

Oleh Jodi Ettenberg

Jika Anda ingin bepergian dengan bus di Indonesia, Anda harus belajar untuk menghindari cabang pohon dan meninabobokan kambing.
Menaiki bermacam-macam moda transportasi adalah cara terbaik mengenali suatu tempat, bahkan mungkin lebih intim dari yang Anda inginkan.

Dari kendaraan rusak sampai dipelototi, tempat duduk sempit, bau-bauan aneh yang memusingkan, sampai hewan ternak, kendaraan umum di Indonesia memberikan pelajaran tersendiri.

1. Tidak ada pemesanan tempat duduk


Di luar kota besar, konsep reservasi tempat duduk tidak ada artinya. Anda memang terjamin dapat tempat duduk, tapi tiket Anda tidak menjelaskan secara spesifik di bagian mana Anda akan duduk. Bisa jadi Anda terselip di antara kardus dan karung beras serta berbagai hewan ternak.

Kernet bus tetap akan memanjat ke atap untuk meminta tiket Anda meski Anda harus berpegangan saat bus mulai menanjak di jalan mendaki pegunungan.
 

2. Belajar untuk menunduk


Batang pohon akan sangat sangat menyakitkan saat mengenai kepala Anda dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Apalagi jika ada tujuh orang yang duduk di atap dan batang pohon itu berturutan memukul Anda seperti sebuah komedi slapstik.

3. Meninabobokan kambing


Keduakalinya seseorang menitipkan kambingnya di pangkuan saya saat saya duduk di atap, saya berusaha berkenalan dengannya. Tetapi si pemilik kambing malah jatuh tertidur.

Saya kemudian mempelajari hal baru: mengelus kepala si kambing sambil menyanyikan sebuah lagu Perancis akan membantu si kambing untuk tetap tenang.
 

4. Sikut adalah senjata terbaik


Cara terbaik untuk membuat orang asing yang duduk di sebelah Anda agar berhenti mengelus paha Anda di tengah malam adalah dengan menyikut tulang iganya. Lakukan dengan keras.

5. Standar ganda kebersihan


Sebagai turis, Anda tidak diperbolehkan menggunakan toilet di bus malam, meski hanya untuk buang air kecil. Bahkan si kernet akan sangat kaget, seolah tidak percaya, bahwa Anda berani meminta.

Tetapi, kernet yang sama tidak akan protes jika penduduk lokal membersihkan hidungnya di gorden bus.

6. Pendingin udara artinya siap beku


Dinginnya hembusan udara dari AC akan membuat Anda menggigil. Jika Anda menaiki bus berpendingin, maka Anda seolah-olah berada dalam kulkas.

Sopir atau kernet tidak peduli walau Anda dan banyak penumpang lain sampai hampir membeku. Mereka hanya akan tertawa, seolah-olah mengatakan, "Lho, kamu kan sudah membayar mahal untuk bus yang dingin, ya inilah dia bus mahal yang dingin."

7. Siap malu saat sesi karaoke


Jika Anda menyanyikan lagu Total Eclipse of the Heart, Don't Stop Believin’ atau Sweet Child o' Mine di Filipina, sambutannya akan sangat baik. Tapi tidak begitu di Indonesia.

Siap-siap saja ditendang dari tempat tidur saat Anda menyanyi, dan dipelototi penumpang lain.

Pada akhirnya, Anda akan 'diarahkan' ke dek luar, tempat Anda bisa bernyanyi sepuasnya.

8. Pengemudi perahu yang tertidur


Ternyata pengemudi perahu bisa tertidur dengan tenang di tengah malam.

Meski dengan begitu, perahu yang kami tumpangi terjebak di jaring ikan milik sebuah kampung kecil. Bangun jam 5 pagi karena adu mulut antara pengemudi perahu Anda dan seluruh penduduk kampung bisa membuat Anda merasa tidak yakin akan sisa perjalanan.

Kopi Joss: Kopi Arang di Yogyakarta

Oleh Sara Schonhardt

Inilah kisah seorang pria di Yogyakarta yang memperbarui cara minum kopi dengan mencemplungkan arang panas ke dalamnya.




Hari Minggu pukul 23.00, sepanjang jalan di sebelah utara Stasiun Tugu Yogyakarta dipenuhi para pemuda yang ngemil sate dan menenggak gelas berisi kopi kental dan berasap. Perbincangan tengah malam sambil ngopi sebenarnya bukanlah hal yang asing di Indonesia, namun daerah ini khas karena menyajikan kopi campur arang yang bisa membantu menenangkan perut yang "gelisah".

Pak Man

Seorang pria tua yang akrab dipanggil Pak Man telah membuat kopi joss sejak tahun 1960-an. Seperti kebanyakan racikan kopi dari daerah ini, ia mencampur bubuk kopi dengan empat sendok gula. Kemudian ia menuang air panas dari ketel besi dan diikuti dengan memasukkan bahan utama: arang yang masih menyala dari api kompor.

Arang membantu menetralisasi asam lambung dan sudah lama menjadi obat bagi masalah gas dan kembung. Kini demi kepraktisan, tablet arang memang dijual di apotek, tetapi 50 tahun lalu kopi tampaknya adalah cara yang lebih menyenangkan untuk mencerna obat yang mengatasi masalah perut dan usus.

Meski beberapa peramu kopi arang bilang minuman ini membangkitkan stamina, kopi arang mendapatkan popularitas lebih karena keunikannya. Sebagai minuman pilihan, orang sering memilih teh atau tape, fermentasi dari singkong. Dan dari pukul 17.00 sampai dini hari, orang duduk lesehan di depan warung sambil ngobrol — aktivitas favorit di kota yang terkenal sebagai kota pelajar ini.

Tipe kerumunan yang datang tergantung jam kedatangan. Kadang pegawai kantoran mampir sepulang kerja untuk mengudap tempe goreng, lumpia dan “nasi kucing” (nasi bungkus dengan porsi kecil). Sementara itu, pasangan kekasih biasanya datang lebih malam untuk berkencan. Banyak juga yang nongkrong untuk bermain musik.

Suasana yang hidup itulah yang menarik pelanggan datang kembali. Meski kini tempat itu mulai makin populer di kalangan turis dan para blogger perjalanan, suasananya tetap ramah dan intim seperti kebanyakan tempat nongkrong di Yogyakarta.

Kini meski usianya sudah menginjak 80 tahun, Pak Man kadang-kadang tetap muncul di warung kopinya untuk merebus air di ketel dan mengajak ngobrol pelanggan. Jika dia tidak ada, beberapa pria muda bertugas sebagai pelayan dan Pak Alex akan menggantikan Pak Man meracik kopi. Warung kopi itu sendiri terbuat dari kumpulan tenda dan potongan kayu yang disusun menjadi bangku panjang. Kompor di warung itu terletak di dapur temporer yang tersambung ke tiang bambu. Sesudah warung tutup, Pak Alex akan membawa pulang tiang itu.

Kopi arang imitasi

Beberapa tahun setelah Pak Man pertama kali menciptakan kopi joss, ada tiga warung lain yang muncul di sepanjang jalan yang sama. Sudut jalan itu pun kemudian makin ramai oleh pengamen, pengemis, dan tukang becak yang bergiliran muncul.

Ketika kopi joss saya sudah habis, Pak Alex bertanya pendapat saya tentang kopi itu. Saya bilang, rasanya manis, seperti kebanyakan makanan dan minuman di Jawa Tengah. Dan dari bawah kumisnya yang tidak ia tata, ia tersenyum lebar. Kopi joss sesuai buat mereka yang mencari sedikit kesenangan, sedikit tantangan, dan dinamika. Yang semuanya ada di Yogyakarta.



Kopi Joss Lek Man Jl. Wongso Dirjan (sisi utara Stasiun Tugu Yogyakarta)
Buka: mulai pukul 16.00 setiap hari

Malino dan Kesejukan yang Mendamaikan

Oleh Amril Taufik Gobel

Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar kata "Malino"? Saya yakin ingatan Anda pasti akan melayang ke Perjanjian Malino, sebuah pertemuan bersejarah yang digagas untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai dalam kekerasan di Maluku.

Berlangsung pada Februari 2002, perjanjian ini menghasilkan kesepakatan damai untuk mengakhiri pertikaian yang memakan korban cukup besar di Maluku.

Saya sendiri mengenang Malino sebagai tempat wisata yang indah dan sejuk dengan suasana pegunungan yang asri serta teduh. Saat masih menjadi siswa SMA dan mahasiswa, beberapa kali saya mengunjungi tempat yang terletak kurang lebih 90 km dari kota Makassar, Sulawesi Selatan ini.


Tempo/Zulkarnain
Untuk menuju kota Malino, dibutuhkan waktu sekitar tiga jam dari kota Makassar dengan mengendarai mobil — menyusuri perbukitan di lereng pegunungan Bawakaraeng.

Seorang kawan sempat berseloroh bahwa Malino ini sama dengan "Puncak"-nya Sulawesi Selatan. Tak mengherankan sebab keindahan tempat ini sungguh memukau. Malino sudah menjadi lokasi wisata favorit sejak zaman kolonial Belanda.

Hutan pinus yang teduh disertai pemandangan laksana lukisan alam membuat kita terbuai. Ditambah lagi udara pegunungan yang sejuk membuat suasana hati menjadi tenteram dan nyaman. Tak salah jika Malino dijadikan sebagai tempat pertemuan untuk mencapai kesepakatan damai bagi pihak-pihak yang bertikai. Kesejukannya mendamaikan dan panorama alamnya sungguh meneduhkan.

Tapi tidak hanya keindahan hutan pinus saja yang bisa Anda nikmati. Di pagi hari, Anda bisa jalan-jalan ke Pasar Sentral Malino, berbelanja sayur-mayur dan buah-buahan segar. Setelah itu sempatkan singgah sarapan di kedai-kedai yang tersedia di pinggir hutan pinus — tak jauh dari Pasar Sentral. Sembari menyeruput kopi panas di sela-sela hawa dingin pegunungan, Anda bisa menikmati jejeran pohon pinus yang berbaris rapi dan rindang.

Anda bahkan bisa menunggang kuda dengan tarif Rp 10 ribu sekali keliling atau Rp 50 ribu per jam. Saya masih ingat betul pernah beberapa kali terjatuh saat mencoba menaiki kuda yang akan saya tunggangi karena gugup dan sedikit takut. Akhirnya setelah beberapa kali mencoba, saya begitu menikmati pengalaman pertama kali menunggang kuda meski masih dituntun "sang pawang".

Ke arah utara dari hutan pinus, terdapat kebun teh yang dikelola sebuah perusahaan swasta. Untuk menuju ke sana dibutuhkan perjuangan besar karena mesti melalui medan yang cukup sulit. Namun ketika sampai, Anda akan terpukau oleh pemandangan alam yang terhampar. Kehijauan daun teh yang berpadu dengan lekuk-lekuk pegunungan Bawakaraeng menjadi sebuah pesona tersendiri yang menyisakan kesan mendalam. Di sana Anda pun bisa menikmati teh Malino beraroma khas.

Sekitar 10 km dari Malino ke arah timur, Anda bisa mengunjungi air terjun Takapala. Jalan yang berkelak-kelok dengan pemandangan alam pegunungan akan menemani perjalanan Anda menuju air terjun berketinggian sekitar 60 meter ini.

Selain Takapala, ada pula air terjun Lembanna yang berjarak 8 km dari kota Malino. Pemandian Lembah Biru serta tanaman hortikultura di daerah Karenpia, serta kekayaan flora dan fauna juga bisa menjadi pilihan Anda dalam berwisata di Malino.

Pemerintah setempat tampaknya telah menyiapkan kawasan ini sebagai daerah wisata terpadu beserta segenap fasilitas yang dimilikinya. Hotel dan vila dengan tarif terjangkau tersedia di kawasan ini, begitu pula dengan rumah makan dengan cita rasa bervariasi.

Mari nikmati kesejukan yang mendamaikan di Malino!

Cara Cari Cuti untuk Jalan-jalan

Oleh Trinity

Salah satu hal yang bikin saya iri terhadap para pekerja di negara-negara Barat adalah banyaknya jumlah cuti yang mereka terima. Di luar libur akhir tahun dan cuti tahunan, mereka juga mendapatkan libur musim panas.

Sehingga seorang pekerja di Perancis, misalnya, bisa mendapatkan cuti total lima minggu dalam setahun.


ThinkStock
Sementara itu, kita di Indonesia rata-rata cuma punya jatah 12 hari per tahun, itupun sering dipotong cuti bersama. Beberapa kantor malah memberlakukan sistem pro rata. Tiap bulan kita dijatah satu hari cuti. Jadi kalau mulai masuk kerja Januari dan mau cuti di bulan Maret, kita hanya punya jatah tiga hari.

Belakangan, beberapa kantor tidak lagi memperbolehkan kita menabung cuti di luar periode yang ditetapkan (biasanya setahun). Jatah cuti yang tidak digunakan di tahun bersangkutan akan hangus. Tapi bukan berarti kita tidak bisa jalan-jalan dalam waktu yang lama.

Waktu saya jadi "mbak-mbak kantoran", saya pernah cuti hampir sebulan sampai bikin iri teman sekantor.

Berikut beberapa trik bagaimana cara mendapat liburan lama:

Maksimalkan "tanggal merah"Biasanya mendekati akhir tahun kita sering menerima email yang di-forward tentang daftar hari libur nasional tahun berikutnya. Nah, mulailah cek di bulan apa terdapat banyak hari libur. Apakah hari-hari libur itu berdekatan sehingga bisa kita manfaatkan dengan mengambil cuti di antaranya?

Kita bisa juga mencari hari libur yang menghasilkan "harpitnas" lalu cepat-cepat ajukan cuti di tanggal itu sebelum rekan kerja lain mendahului.


Menghemat cutiUsahakan memulai perjalanan liburan di sore atau malam hari di hari terakhir kerja. Selain memperpanjang waktu liburan di tempat tujuan (karena hari berikutnya kita punya seharian waktu di sana), kita juga jadi hemat cuti.

Untuk meninggalkan kantor beberapa jam lebih cepat kan bisa minta izin — jadi jatah cuti aman. Kalau masih kuat, kita bisa juga pulang pada Senin subuh dan langsung bekerja. Sehingga hari Senin tidak perlu cuti.


Menambah jatah cutiMemangnya bisa menambah jatah cuti? Bisa, asal tahu caranya. Di sebagian kantor, bekerja lembur hari Minggu atau libur bisa diganti jatah cuti. Kalau kantor Anda tidak memberlakukan kebijakan itu, pandai-pandailah bernegosiasi dengan atasan. Jadi, mulai sekarang rajin-rajin deh mengajukan diri lembur di saat orang lain leyeh-leyeh di rumah.


Cermat melihat peluangYakinlah bahwa hubungan kerja adalah "human business" dan segala sesuatu bisa dinegosiasikan. Selain kenaikan gaji dan pangkat, performa kerja yang baik juga meningkatkan bargaining power kita, termasuk dalam hal cuti. Saat beban kerja membludak, jangan ragu mengajukan diri untuk mengambil alih pekerjaan rekan yang tidak masuk karena sakit.

Atau kita bahkan bisa bekerja rangkap karena ada rekan kerja yang keluar dan belum ada gantinya. Saat beban menurun, Anda bisa menghadap ke atasan untuk meminta cuti tambahan sebagai "upah".


"Memanfaatkan" libur bersama
Penerapan libur bersama oleh pemerintah ada plus minusnya. Plusnya jelas kita punya hari cuti dan "terpaksa" libur. Minusnya, libur itu diambil dari jatah cuti yang sudah sangat sedikit. Kalau memang kita punya rencana untuk jalan-jalan di saat itu, ya tidak masalah. Kalau tidak?

Lagi-lagi dibutuhkan negosiasi dengan atasan. Ajukanlah "proposal" untuk bekerja saat libur bersama dan mintalah tambahan cuti sebagai gantinya. Tentunya proposal Anda harus masuk akal dan tidak membebani kantor. Misalnya ajukan diri untuk melakukan market survey dan membuat laporannya selama libur.

Dari Mana Dapat Duit untuk Jalan-jalan?

Oleh Trinity

Saya sering dikira orang kaya — atau anak orang kaya — karena sering jalan-jalan, apalagi ke luar negeri. Ini agak aneh; sebab apa iya hanya orang kaya yang bisa jalan-jalan? Banyak kok orang Indonesia yang bukan orang kaya yang juga banyak jalan-jalan.

Banyak pula yang bertanya pada saya: "Kok bisa punya duit buat jalan-jalan? Dapat dari mana sih?"

Kecuali Anda tajir melintir atau keturunan orang kaya-raya, bekerja sudah pasti menjadi cara mendapatkan uang yang kemudian ditabung. Pastinya metode ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, apalagi kalau tujuan perjalanan Anda luar biasa seperti keliling dunia misalnya.

"Ah, dia sudah manajer jadi gajinya gede," begitu sebagian orang berkilah karena melihat dirinya tidak bisa jalan-jalan juga. Tapi buktinya saya yang kerja sambil kuliah bisa menabung dan jalan-jalan ke Eropa. Dan berapapun gaji saya, tetap saya bisa jalan-jalan.


Tak perlu menunggu jadi manajer untuk bisa jalan-jalan ke luar negeri. Sekarang pun bisa. (Ilustrasi: Dok.ThinkStock)

Masih merasa tidak masuk akal bagaimana mendapatkan duit untuk jalan-jalan? Mungkin beberapa ide di bawah ini bisa dicoba:

1. Kerja sampingan


Kerja sampingan adalah cara paling mudah mendapat tambahan penghasilan. Variasi pekerjaannya pun sangat luas. Bisa berdagang, mengajar, menulis dan sebagainya. Coba amati sekeliling Anda, cari peluang, dan putar otak untuk menghasilkan uang.

2. Mencari Sponsor


Pernah lihat acara jalan-jalan ke luar negeri bersama artis? Nah, kalau Anda artis atau figur publik, memang gampang sekali mencari sponsor untuk jalan-jalan. Tapi sebagai orang biasa, bukan berarti Anda tidak bisa mendapatkan hal itu.

Beberapa biro perjalanan punya "Paket 10 gratis 1". Maksudnya jika Anda bisa mendapatkan sepuluh orang untuk sebuah paket wisata, Anda akan mendapatkan satu paket gratis yang bisa Anda jual lagi atau dipakai sendiri. Kalau Anda tidak menemukan biro perjalanan yang punya paket seperti itu, Anda bisa bernegosiasi untuk membuat paket tersebut.

3. Ikut undian


Di Indonesia banyak sekali undian berhadiah. Hanya dengan membeli sebuah produk, Anda mendapat kesempatan untuk memenangkan sesuatu. Baik berupa uang maupun barang berharga. Bahkan beberapa bank menyelenggarakan undian berhadiah untuk tabungan. Selain uang Anda bertambah karena rajin menabung, Anda juga berkesempatan memenangkan sesuatu. Silakan buktikan kemujuran Anda dan jangan lupa banyak berdoa.

4. Berinvestasi


Anda pasti tahu bahwa beberapa barang nilainya meningkat dengan cepat dalam hitungan bulan atau bahkan hari, misalnya emas dan surat berharga. Sisihkan penghasilan Anda untuk membeli instrumen investasi untuk kemudian dijual sebagai biaya jalan-jalan. Let your money works.

5. Mengatur gaya hidup


Kalau Anda bisa memilah dan memilih dari sekian banyak kebiasaan Anda, pasti ada yang bisa dibuang supaya menghasilkan uang, seperti mengurangi belanja atau "ngafe". Kalau mau sering jalan-jalan, jangan ragu mengurangi kegiatan yang menghabiskan uang hanya demi gaya. Jika perlu, bawalah makan siang dari rumah demi kesehatan tubuh dan kantong. You gain some, you lose some.

6. Cuci gudang


Kapan terakhir kali Anda "membereskan" rumah, dalam arti membuang barang yang tidak perlu? Jika Anda cermat, banyak sekali barang di rumah kita yang tidak perlu-perlu amat dimiliki. Silakan pilah dan pilih barang yang tidak Anda perlukan tapi masih cukup bernilai, kemudian buatlah garage sale. Lumayan, kan?

Seperti halnya ke Roma, ada banyak jalan menuju jalan-jalan. Jangan jadikan "tidak punya duit" sebagai dalih. Mulailah rajin menabung, cermat mencari peluang, berpikir kreatif dan segera jalan-jalan!

Berapa Hari yang Dibutuhkan untuk Jalan-jalan?

Oleh Trinity

Saat merencanakan cuti untuk jalan-jalan, seringkali kita malah tidak tahu berapa hari yang dibutuhkan meski destinasi sudah ditentukan. Padahal menentukan durasi perjalanan itu penting.

Kebanyakan dari kita berharap dapat mengunjungi banyak tempat dan melihat banyak hal dalam satu perjalanan. Namun harus disadari, tidak semua tempat bisa dipukul rata dalam hal durasi mengunjunginya. Ada tempat yang bisa dilihat dalam waktu satu jam, ada yang beberapa jam, tapi ada juga yang seharian penuh.

Tanpa perencanaan, seringkali kita akan terbirit-birit di satu tempat, sementara di tempat lain "mati gaya" tidak tahu mau berbuat apa.

Sebenarnya, menentukan berapa lama sebaiknya kita menghabiskan waktu di satu daerah bisa didapat jika kita "memetakan" destinasi dengan baik. Pelajarilah secara detail destinasi liburan Anda. Makin tidak jelas suatu destinasi, harus makin detail info yang Anda gali.

Berikut ini beberapa cara "memetakan" destinasi:


Puluhan kelompok kesenian Jathilan dari lima kabupaten se-DIY melakukan Pawai Jathilan di Jalan Malioboro, Yogyakarta. (Foto: Tempo/Arif Wibowo)

Luas area dan sarana transportasi


Kita ambil contoh destinasi Yogyakarta dan sekitarnya. Area inti kota ini sebenarnya tidak terlalu luas, sehingga bepergian dari satu tempat ke tempat lain tak memerlukan banyak waktu. Sarana transportasi pun mudah didapat dengan banyak pilihan: bus umum, taksi, motor atau mobil sewaan, dll.

Namun bagaimana dengan lalu lintasnya? Ada daerah dan waktu tertentu yang sering macet, contohnya di Maliboro sore hari. Ini berarti Anda harus cermat memilih waktu kunjungan ke daerah tersebut. Sedangkan daerah wisata yang terletak di luar kota (candi Borobudur, misalnya) tentu membutuhkan waktu tempuh lebih lama.

Menentukan skala prioritas


Dari sekian banyak daerah wisata yang ada di Yogyakarta, mana yang akan Anda kunjungi? Jika jawaban Anda adalah semuanya, maka Anda perlu menentukan skala prioritas.

Seandainya mengunjungi candi menjadi prioritas utama, buatlah daftar candi yang akan Anda kunjungi, luas tiap candi dan lokasinya. Catat juga apakah Anda menginginkan hal spesifik seperti menonton sendratari Ramayana pada malam hari di candi Prambanan. Dari situ Anda bisa melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk keseluruhan kunjungan ke candi. Bisa jadi Anda akan menghabiskan waktu lebih dari satu hari hanya untuk melihat candi — mengingat banyaknya candi di sekitar Yogyakarta.

Ukur kemampuan fisik


Jalan-jalan memang mengasyikkan, tapi bukan berarti tidak melelahkan. Jangan ngotot mau melihat banyak tempat tanpa menyisakan cukup waktu untuk istirahat. Kalau Anda menghabiskan waktu dari pagi sampai malam untuk naik turun berbagai candi, berilah kesempatan tubuh Anda untuk sedikit santai keesokan harinya dengan tur ringan.

Jalan-jalan ke satu atau dua tempat di dalam kota sudah cukup. Mungkin bisa ditambah acara memanjakan diri seperti pijat atau spa di sekitar penginapan. Setelah selingan tur ringan satu hari, besoknya Anda bisa kembali "gas pol" untuk mengunjungi berbagai tempat lainnya.

Membuat rencana perjalanan


Setelah mendapatkan gambaran dari tiga tahap di atas, Anda bisa membuat rencana perjalanan (itinerary) dengan detail lengkap dengan jadwal. Jika ternyata waktu yang dibutuhkan lebih panjang dari waktu yang Anda sediakan, kurangilah tujuan yang hendak Anda kunjungi — jangan malah mengurangi waktu istirahat. Kenyamanan perjalanan itu penting, termasuk nyaman dalam arti tidak kelelahan. Kalau dipaksakan, Anda bisa jadi malah jatuh sakit dan merepotkan semua orang.

Memetakan destinasi memang tidak selalu mudah, apalagi kalau destinasi Anda adalah tempat terpencil dan kepastian alat transportasi sulit diandalkan. Untuk kasus seperti itu, menyediakan beberapa hari tambahan/cadangan adalah wajib hukumnya. Jika tidak bisa, ya jangan pergi ke sana.

Juga jangan nekat pergi ke beberapa kota dengan seabrek tujuan kunjungan hanya karena Anda ogah rugi. Alhasil jalan-jalan bukan lagi acara "melihat dan menikmati" tapi sekadar foto-foto untuk "update status”.

Surga Para Pengejar Matahari

Oleh Olenka Priyadarsani

Anda yang pernah berlibur ke Pulau Phuket, Thailand, mungkin pernah mengunjungi tempat ini. Promthep Cape atau Tanjung Promthep terletak di ujung selatan pulau dan terkenal sebagai tempat yang sempurna untuk menyaksikan matahari tenggelam.

Ketika saya mengunjunginya pada siang hari, tempat ini terlihat biasa. Hanya seperti bukit berbatu, mirip seperti gardu-gardu pandang yang ada di daerah wisata di Indonesia, hanya lebih besar. Kios-kios berjualan minuman dan souvenir kas Thailand berjajar di sepanjang area parkir. Beberapa restoran menjadi tempat berteduh favorit bagi para wisatawan yang tidak ingin tersengat matahari.

Pemandangan ke arah laut biru, dengan bukit-bukit berwarna hijau di kejauhan, terlihat indah walau tidak berbeda dengan pemandangan di Phuket secara umum. Semua orang menanti momen matahari tenggelam.

Wisatawan makin banyak berdatangan seiring dengan  bergulirnya matahari ke ufuk barat. Masing-masing orang berebut posisi, mencari tempat yang paling sempurna menyaksikan matahari tenggelam. Hari itu langit biru cerah.

Setelah mendapatkan posisi yang tepat, kami pun menyiapkan kamera dan tripod.  Kami sama sekali tidak beranjak dari tempat tersebut karena takut tempat itu diambil oleh orang lain, walau matahari masih bersinar cukup terik dan pemandangan masih belum bagus untuk diabadikan.

Pukul 18.00, matahari semakin kehilangan teriknya, menimbulkan semburat jingga. Inilah saat tepat untuk mulai mengambil gambar. Saat ini, seluruh pinggiran gardu pandang telah penuh dengan wisatawan. Mungkin karena hari Minggu, wisatawan lokal pun sangat banyak jumlahnya.



Beberapa pasangan muda sibuk mengambil foto. Terlihat banyak keluarga dengan anak-anak kecil, serta kelompok-kelompok perempuan yang berkerudung – mungkin seperti kelompok pengajian kalau di Indonesia. Wisatawan dari berbagai bangsa, usia, semuanya punya tujuan sama, yaitu menyaksikan matahari tenggelam di Tanjung Promthep, Phuket.

Saya, yang datang bersama suami dan adik, tidak kalah gencar berfoto. Hobi fotografi suami tampaknya terpuaskan di tempat ini. Berbagai pose dengan beragam angle diabadikan. Beberapa orang tersenyum melirik kami bergaya, tapi kami tidak peduli. Sudah jauh-jauh datang ke Tanjung Promthep, kami ingin berfoto-foto.

Matahari jingga semakin tenggelam, menciptakan suasana yang membuat semua orang terdiam menikmati. Pantulan warna keemasan di permukaan laut menciptakan paduan serasi dengan alam sekitarnya.

Ketika matahari telah seluruhnya tenggelam di batas cakrawala, orang-orang pun beranjak pulang, mengantongi puluhan foto di kamera mereka.

Ke Tanjung Promthep dari Phuket Town atau Patong


Tanjung Promthep dapat dicapai dari arah Phuket Town, melalui Wat Chalong. Anda bisa menyusuri jalan utama menuju perempatan Chalong, kemudian mengambil jalan pantai melalui Pantai Rawai. Sangat mudah menemukan tempat ini karena di Phuket terdapat cukup banyak petunjuk arah.

Apabila Anda berangkat dari daerah pantai, Pantai Patong misalnya, Anda tinggal menyusuri jalan pantai melalui Pantai Karon dan Kata. Tanjung Promthep dan Patong berjarak sekitar 18 kilometer.

Untuk menuju tempat ini, dan berkeliling Phuket secara umum, Anda dapat menggunakan taksi atau menyewa tuktuk. Namun yang paling nyaman serta murah adalah menyewa sepeda motor. Selain waktunya lebih fleksibel, juga lebih mudah menikmati pemandangan karena bisa berhenti sewaktu-waktu.  Meski berliku-liku dan naik-turun, jalanan di pulau ini semuanya beraspal halus. Sewa motor sehari sekitar THB 250-300 atau Rp 75-90 ribu tanpa bensin.

Selamat mengejar matahari!

Hal-hal yang Harus Diwaspadai Turis di Bangkok

      Oleh Cattleya Jaruthavee
Anda berencana datang ke Thailand? Lihatlah lebih jauh dari sekadar senyuman selamat datang dan ingat-ingatlah tips dari orang lokal ini.



Sekilas, penduduk Thailand tampak santai dan ramah. Apalagi negara kami dikenal dengan julukan Land of Smiles.

Sekilas, penduduk Thailand tampak santai dan ramah. Apalagi negara kami dikenal dengan julukan Land of Smiles. Tetapi setelah dua dekade mengalami langsung kehidupan di Bangkok, saya belajar untuk tidak terperdaya oleh semua orang yang datang ke saya sambil tersenyum lebar.

Selain harus waspada terhadap cara-cara penduduk lokal, ada beberapa nasihat yang sudah biasa Anda dengar, seperti pastikan jajanan yang Anda beli dimasak dengan benar dan hindari gang-gang gelap pada malam hari.

Berikut adalah beberapa celah di Bangkok yang harus Anda waspadai.  

1. Polisi rokok

 
Biasanya, polisi Bangkok akan sangat membantu jika Anda bertanya arah jalan atau saat habis kecopetan. Tetapi, Polisi Metropolitan Bangkok, yang bisa Anda kenali dari tanda hijau di bagian lengan, dilaporkan telah berubah jadi kurang ramah dalam beberapa bulan terakhir.

Polisi memang seharusnya mendenda orang yang membuang sampah sembarangan, meski mereka jarang melakukannya — kecuali jika Anda tiba-tiba berada di sebuah razia yang sengaja memerangkap para turis, dan kemudian meminta mereka membayar denda secara tunai.

Saya pernah menyaksikan pasangan asal Rusia yang didenda karena menjatuhkan rokok ke saluran pembuangan air.

Secara hukum, pasangan Rusia itu memang salah. Tapi, meski jalanan Bangkok penuh dengan sampah, Anda akan jarang melihat penduduk lokal didenda.

Menyasar para turis adalah cara mudah untuk mendapat beberapa dolar dari para pengunjung. Dan yang semakin menyusahkan lagi, sangat sedikit terdapat asbak di jalanan.

Harian The Bangkok Post pun sempat meluncurkan liputan investigasi tentang kelakuan para polisi rokok ini.

2. Pengemis yang dikendalikan jaringan mafia

Kebanyakan pengemis di Bangkok dikendalikan jaringan mafia, atau oleh para orangtua yang mempergunakan anak-anak mereka sebagai alat untuk menarik simpati dan uang. Meski para pengemis ini tampak menyedihkan, berusahalah untuk tidak memberi uang, karena ini akan membuat siklus jahat terus berlanjut.

3. Pengendara tuk-tuk yang mengambil keuntungan

 
Tuk-tuk beroda tiga adalah alat transportasi paling khas Bangkok.

Kebanyakan tuk-tuk ini aman, tapi Anda harus menghindari pengendara yang menawarkan harga sangat murah. "Empat puluh baht, seharian, saya antar Anda ke mana saja!"

Jika Anda bilang iya, maka Anda akan dibawa ke beberapa kuil, lalu ke sebuah restoran tempat Anda bisa makan siang. Si supir akan mendapat komisi karena telah membawa Anda. Tidak masalah, sih.

Sampai kemudian Anda akan dibawa ke “toko batu permata”, bahkan ketika Anda berkeras tidak tertarik untuk belanja. Para pengemudi tuk-tuk ini akan mendapat kupon untuk bensin atau komisi dari tempat-tempat seperti ini sementara Anda menghabiskan waktu melihat-lihat barang-barang tak berharga. Anda masih beruntung jika hanya rugi waktu.

Agar Anda menikmati naik tuk-tuk tanpa harus khawatir akan tipuan semacam ini, dekati atau berhentikan tuk-tuk daripada Anda menerima tawaran dari pengemudi yang mendekati Anda.

Setelah Anda memberi tahu tujuan Anda, tetapkan harga yang Anda sepakati sebelum menaiki tuk-tuk.  

4. Harga dua lapis

Kios-kios di pasar yang menjual pakaian dan aksesoris selalu menetapkan harga lebih tinggi bagi turis. Sebenarnya tidak banyak yang bisa Anda lakukan kecuali menawar sampai harga terendah. Jangan lupa juga bandingkan harga dari beberapa toko sebelum memutuskan membeli. Anda bisa pergi setiap saat — kebanyakan penjual akan menyerah jika harga yang Anda tawar cukup masuk akal.

Jalan-jalan Mandiri Atau Ikut Tur?

Oleh Trinity

Entah karena budaya guyub yang sangat kental atau terbiasa “manja”, kita ingin dilayani dalam segala sesuatu sehingga tingkat kemandirian orang Indonesia dalam hal jalan-jalan kurang membanggakan. Turis Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri, sangat khas: datang naik bus-bus besar, pakai baju seragam, didampingi pemimpin rombongan dan foto bersama dengan spanduk besar di depan objek wisata.

 

Rombongan turis asing jalan-jalan dipimpin pemandu wisata. Foto: Tempo/Kink Kusuma Rein 
Jalan-jalan bersama rombongan tur memang begitu. Saat melihat objek wisata pasti berbondong-bondong ke sana-sini, dan berebut foto-foto. Memang kita dapat melihat lebih banyak, tapi masing-masing dengan waktu yang sedikit.

Sementara jalan-jalan sendiri tanpa ikut tur pun membutuhkan persiapan yang lebih ribet yang tidak bisa dilakukan semua orang. Padahal ada tempat-tempat tertentu yang lebih efisien dikunjungi secara kelompok dibanding sendiri. Bisa jadi karena izin masuknya tidak mudah didapat atau biayanya jadi mahal jika datang secara perorangan.

Sebelum Anda menentukan apakah akan ikut tur atau pergi sendiri, simaklah beberapa bahan pertimbangan di bawah ini:

1. Aturan setempat


Jika Anda seorang perempuan dan ingin ke Arab Saudi, misalnya, pergi dengan tur adalah pilihan yang lebih efisien. Mengingat di Arab Saudi, perempuan harus datang dengan muhrim, sudah pasti Anda tidak mungkin datang sendirian. Kalaupun Anda tidak ada masalah soal muhrim, mengurus visa juga tidak mudah karena banyaknya orang yang memohon visa, terutama saat musim ramai seperti Ramadan.

2. Kondisi geografis


Beberapa tempat memiliki kondisi geografis yang sulit atau kekurangan sarana transportasi publik. Contohnya bila Anda ingin island hopping (menjelajahi pulau-pulau) di daerah Wakatobi. Di sana, letak pulau-pulaunya berjauhan dan angkutan kapal hanya menjangkau pulau-pulau tertentu. Alhasil Anda harus sewa kapal untuk ke sana-sini dengan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, akan lebih mudah dan efisien bila Anda datang bersama kelompok, jadi bisa patungan biaya transportasinya.

3. Rencana perjalanan


Perhatikan dengan seksama rencana perjalanan yang ditawarkan paket tur.  Sering kali agen perjalanan membuat paket dengan banyak tempat kunjungan — padahal tempat-tempat tersebut terletak dalam satu kawasan. Sebagai contoh, agen perjalanan menyebutkan nama beberapa pantai yang sebenarnya berdekatan. Maka cari tahu peta lokasi. Jika rencana perjalanan banyak merujuk ke tempat-tempat dengan lokasi berdekatan dan mudah dicapai, lupakan ikut tur karena lebih baik Anda pergi sendiri.

4. Kurang persiapan


Persiapan yang memadai adalah kunci menuju perjalanan seru. Persiapan di sini maksudnya adalah informasi tentang destinasi menyangkut lokasi wisata, akomodasi dan transportasi. Daripada ngotot pergi sendiri kemudian bingung hendak apa setelah sampai tujuan — atau ternyata sulit mencapai lokasi yang Anda mau, tur adalah solusi yang tepat. Anda tidak harus ikut tur dari tempat asal, malah lebih murah jika bergabung dengan tur lokal di tempat tujuan.

5. Tipe wisata


Bila Anda ingin pergi ke tempat-tempat yang membutuhkan keleluasaan waktu, sebaiknya Anda pergi sendiri. Terutama jika Anda tergolong orang yang gemar mengamati hal-hal kecil secara mendetail seperti relief bangunan. Hal yang sama juga berlaku bagi Anda yang suka bergaul dengan penduduk lokal. Selain waktu yang terbatas, tur juga mewajibkan pesertanya untuk selalu dalam kelompok. Nggak enak kan, lagi asyik mengagumi relief, Anda dipanggil kembali ke bus.

Kalau dengan tips di atas Anda masih bingung menentukan mau ikut tur atau pergi sendiri secara mandiri, carilah rekan perjalanan dan biarkan dia yang mengambil keputusan.

Danau Dua Rasa

Jauh di pedalaman Kalimantan Timur sana, terbentanglah Danau Labuan Cermin. Danau bening ini istimewa karena memiliki laut di dasarnya. Laut di dasar danau? Benar, danau ini memiliki aliran air asin yang hanya ada di bagian bawah danau.
Yahoo!/Famega Syavira
Labuan Cermin terletak di Kecamatan Biduk-biduk, Kalimantan Timur. Jika dilihat di peta, letaknya tepat di punggung hidung Kalimantan. Tempat ini bisa ditempuh dalam tiga jam perjalanan laut dari Derawan.

Bagian atas Danau Labuan Cermin berisi air tawar seperti danau pada umumnya. Namun beberapa meter di bawahnya terdapat aliran air asin. Anehnya, kedua jenis air ini tidak tercampur. Secara kasat mata dapat dilihat bahwa air laut dan air tawar dipisahkan oleh lapisan serupa awan.

Belum ada yang melakukan penelitian di daerah ini sehingga terbentuknya fenomena ini masih menjadi misteri.

Lapisan keruh berwarna putih itu diduga hasil pembusukan organisme dasar labuhan yang terperangkap dan tak bisa pergi. Dua jenis air di danau ini juga menghadirkan organisme dari dua dunia. Ikan air tawar hidup di permukaan, sedangkan ikan air laut bisa ditemukan di dasar danau.


The Nature Conservancy/Rudyantoi

Saat saya kesana, kebetulan lapisan air tawar sedang tipis. Awak kapal menyelam dan sempat mencicipi air asin di kedalaman sekitar dua meter. Rupanya ketebalan lapisan air tawar dan air asin bisa berubah sesuai dengan pasang-surut air laut.

Danau mungil ini dikelilingi hutan dan ada tebing menjulang tinggi di salah satu sisinya. Sambil berenang kami disuguhi musik hutan — suara burung dan serangga. Tak mengherankan jika danau ini diberi nama Labuan Cermin: airnya jernih sekali sampai orang bisa bercermin di atasnya. Arus di beberapa tempat cukup kuat dan mudah menyeret orang yang tak bisa berenang.


The Nature Conservancy/Rudyanto

Untuk menuju tempat ini kami harus menumpang sampan nelayan dan melewati perjalanan selama 15 menit, menembus semak bakau dan hutan. Hutan itu masih dihuni aneka binatang liar seperti monyet, bekantan, berang-berang dan beruang madu.

Karena jaraknya cukup jauh dari kota, jarang atau hampir tidak ada turis yang berkunjung ke sini. Tempat ini hanya dikenal oleh orang-orang lokal dari sekitar daerah itu. Fasilitas dan prasarana pun masih seadanya. Tempat kami menginap adalah sebuah Pusat Informasi Nelayan (PIN) binaan The Nature Conservancy, lembaga pegiat pelestarian lingkungan yang mengundang saya mengunjungi tempat ini.

PIN berbentuk rumah panggung di tepi muara sebuah sungai, hanya beberapa ratus meter dari laut. Rumah itu punya semacam dermaga kecil tempat menambatkan perahu. Sungai di depan PIN berair payau. Kadar keasinannya tergantung pada pasang-surut air laut. Ketika laut surut, sungai berubah menjadi sangat jernih sehingga dasarnya dapat dilihat dengan jelas.


The Nature Conservancy/Rudyanto

Dari beranda kita bisa melihat ikan berseliweran. Ardi, anak nelayan yang suka bermain di PIN menjelaskan pada kami jenis-jenis ikan itu. Ada ikan yang banyak durinya, ada ikan yang menyengat dan ikan yang bertubuh pipih panjang. Tak hanya dikunjungi oleh para nelayan, PIN juga menjadi tempat berkumpul anak-anak nelayan yang hendak menonton film tentang kehidupan laut atau membaca koleksi perpustakaan.

Hari mulai gelap saat beberapa nelayan berangkat melaut. Adapun kami menghabiskan malam dengan minum kopi di beranda dan menatap air sungai dan bulan nyaris purnama. Suasana damai yang tak bisa ditemui di kota.

Nirwana Bahari Derawan

Oleh Amril Taufik Gobel



Sebuah nirwana tropis berada di salah satu pulau wilayah Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya Kabupaten Berau dan di Selat Sulawesi, tak jauh dari perbatasan Malaysia. Pulau Derawan menjadi sebuah destinasi wisata bahari pilihan menawan buat Anda yang menyukai pantai dengan hamparan pasir putih lembut berkilat serta air jernih. Apalagi ditambah bonus menjumpai penyu-penyu jinak yang berenang-renang riang saat kita melakukan penyelaman.

Terkadang saat duduk di ujung jembatan kayu yang mengarah ke laut, kita dapat menyaksikan penyu-penyu hijau itu hilir mudik di permukaan air yang bening. Sesekali bahkan penyu-penyu tersebut nampak berkeliaran di sekitar cottage yang berada di pesisir pulau. Saat malam tiba, beberapa penyu naik ke darat dan bertelur di sana.

Paduan warna laut dan lumut yang memukau menghasilkan gradasi warna biru dan hijau, serta hutan kecil di tengahnya, membuat pulau ini menyajikan pemandangan alam begitu indah yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Yang tersisa, kenangan mendalam.



Dr. Carden Wallace dari Museum Tropis Queensland, Australia pernah meneliti kekayaan laut Pulau Derawan dan menjumpai lebih dari 50 jenis Arcropora (hewan laut) dalam satu terumbu karang. Tak salah kiranya jika Pulau Derawan terkenal sebagai urutan ketiga teratas di dunia sebagai tempat tujuan menyelam bertaraf internasional

Pulau ini memang relatif kurang begitu dikenal khususnya di dalam negeri karena untuk mencapainya butuh perjuangan tersendiri yang cukup berliku. Anda mesti menuju ke Balikpapan dulu dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta atau Denpasar, untuk menuju pulau ini. Kurang lebih dua jam waktu tempuh penerbangan dari Jakarta ke Balikpapan.

Dari Balikpapan, Anda masih harus terbang menuju Tanjung Redeb selama satu jam dengan menaiki pesawat kecil yang dilayani oleh KAL Star, Deraya atau DAS. Selain itu, Tanjung Redeb juga bisa dicapai melalui laut, dengan menaiki kapal dari Samarinda atau Tarakan ke Tanjung Redeb dilanjutkan dengan menyewa motorboat menuju pulau Derawan dengan lama perjalanan kurang lebih 2 jam.



Banyak wisatawan manca negara yang baru turun dari pesawat di bandara Kalimarau, Tanjung Redeb langsung berangkat ke pulau Derawan dengan motorboat yang sudah ditambatkan di sebuah pelabuhan khusus.

Alternatif lain bisa juga melalui perjalanan darat dari Balikpapan ke Tanjung Batu lalu dari sana menyeberang ke Pulau Derawan. Hanya saja ini bukan pilihan yang bagus karena perjalanan penyeberangan itu sendiri memakan waktu hingga belasan jam dengan medan yang relatif tidak menyenangkan.

Meskipun begitu, tahukah Anda, justru banyak wisatawan asing yang sudah tahu lebih banyak soal keberadaan pulau eksotis ini. Sejumlah wisatawan Jepang dari Tokyo melalui travel yang ada di sana “tembak langsung” berangkat ke Singapura atau ke Sabah kemudian melanjutkan perjalanan ke Balikpapan, lalu ke Tanjung Redeb menggunakan pesawat kecil.

Mereka memanfaatkan waktu mereka selama di Derawan dengan menyelam, menyusuri keindahan bawah laut di pulau tersebut yang memang merupakan lokasi terbaik untuk olahraga selam. Apalagi dengan kondisi pulau yang terpencil dan “masih perawan” kian menambah pesona siapapun juga untuk menikmatinya selama mungkin.



Tak usah jauh-jauh, hanya dalam jarak 50 meter dari bibir pantai, kita sudah dapat menyaksikan terumbu karang yang indah dan ikan-ikan beraneka warna hilir mudik. Airnya sangat bening. Anda pun bisa menyewa snorkel seharga Rp 30 ribu per hari. Bila ingin menyelam lebih dalam, kita dapat menemukan ikan-ikan yang lebih “eksotis” seperti kerapu, ikan merah, ikan kurisi, ikan barracuda, teripang, dan kerang. Pada batu karang di kedalaman sepuluh meter, terdapat karang yang dikenal sebagai "Blue Trigger Wall" karena pada karang dengan panjang 18 meter tersebut banyak terdapat ikan trigger (red-toothed trigger fishes).

Pulau Derawan menyediakan fasilitas-fasilitas tempat penginapan (cottage), penyewaan peralatan menyelam dan juga restoran. Ada pula penginapan-penginapan bertarif murah yang dikelola oleh warga sekitar. Kisaran harganya mulai dari Rp 45 ribu sampai Rp 100 ribu/malam.

Masih belum puas?

Anda dapat meninjau juga pulau lainnya yang berada di sekitar Derawan. Misalnya: Pulau Sangalaki, Maratua, dan Pulau Kakaban yang mempunyai keunikan tersendiri. Ikan Pari Biru (Manta Rays) yang memiliki lebar mencapai 3,5 meter berpopulasi di Pulau Sangalaki. Malah bisa pula ditemui—jika cukup beruntung—ikan pari hitam dengan lebar “bentang sayap” 6 meter . Sedangkan Pulau Kakaban mempunyai keunikan yaitu berupa danau prasejarah yang ada di tengah laut, satu-satunya di Asia.

Kerajaan Manta di Kepulauan Derawan

Oleh Famega Syavira

Pari manta adalah spesies ikan pari berukuran paling besar di dunia. Jenis paling besar bisa tumbuh hingga mencapai 7 meter dengan berat lebih dari 2 ton. Saya mengunjungi salah satu kerajaan manta di Indonesia yang terletak di perairan sekitar Pulau Sangalaki, Kepulauan Derawan, Berau, Kalimantan Timur.

Foto: Yahoo!/Famega Syavira
Ikan dengan nama latin Manta birostris ini akan menampakkan diri saat air pasang. Air pasang membawa serta plankton yang merupakan makanan kesukaannya. Tandanya, air laut yang semula biru jernih mulai berwarna keruh akibat plankton.

Pulau Sangalaki bisa dicapai dalam satu jam perjalanan dengan kapal motor dari Pulau Derawan. Tak lama setelah tiba, kami melihat manta mulai berdatangan dan berenang tepat di bawah permukaan air. Kami mencebur ke laut, beberapa puluh meter dari manta. Speedboat tak boleh terlalu dekat karena bisa menakuti binatang jinak itu.

Saya lalu berenang sekuat tenaga untuk mencapai manta. Bukan berenang sebenarnya, karena saya sama sekali tak bisa dan tak tahu teknik berenang. Tepatnya, berusaha menggerakan badan untuk maju. Beruntung, manta berenang langsung ke arah saya.

Sosoknya yang hitam dan menyeramkan membuat saya terdiam sementara dia terus menuju pada saya. Wujudnya sangat besar dengan mulut lebar mengingatkan saya pada pari berekor tajam yang bisa membunuh manusia. Padahal, manta yang ini tak berbahaya. 

Sesaat sebelum kami bertabrakan, manta meliukkan tubuhnya ke dasar. Gerakannya anggun sekali seperti penari. Dia lalu meliuk lagi kembali ke arah kedatangannya. Manta berenang cepat dan saya hanya terpaku menatap kepergian si manta hitam anggun.


Photo credits - ThinkStock

Tak hanya satu manta yang muncul, ada beberapa yang berenang di sekitar. Binatang ini juga dikenal suka melompat ke permukaan air. Jika beruntung, manta bisa muncul bergerombol dalam jumlah banyak. Tempat ini juga merupakan titik kesukaan para penyelam karena keindahannya. Sayang, saya tak bisa menyelam.

Manta hanya satu dari ratusan ikan yang hidup di perairan ini. Setidaknya ada 872 macam ikan karang yang menghuni daerah ini dengan enam macam spesies lumba-lumba dan tiga jenis paus.

Saya mengunjungi Derawan atas undangan dari The Nature Conservancy, lembaga nirlaba yang bekerja untuk menjaga kelestarian ekosistem laut kepulauan ini. Saat ini Kawasan Konservasi Perairan Berau menghadapi banyak ancaman, seperti perusakan terumbu karang, penangkapan penyu secara ilegal dan penangkapan ikan tak ramah lingkungan dengan racun dan bom.


Foto: Yahoo!/Famega Syavira

Padahal, kepulauan Derawan adalah daerah dengan terumbu karang terkaya kedua di dunia. Luas terumbu karangnya tak kurang dari 66 ribu hektar. Keanekaragaman terumbu karang di daerah ini berjumlah lebih dari 507 spesies, hanya dapat dikalahkan oleh keragaman di Kepulauan Raja Ampat, Papua.

Kepulauan ini juga menjadi pusat bertelur penyu hijau alias Chelonia mydas. Hampir setiap malam ada penyu hijau yang bertelur di sudut gelap pantai. Ada pula penyu sisik atau Eretmochelys imbricata yang sangat langka.


Danau Purba Kakaban

Setelah puas bermain bersama manta, kami melanjutkan perjalanan ke perairan sekitar Pulau Kakaban. Pulau ini istimewa karena ditengahnya ada danau purba berisi air asin. Danau itu semula adalah laguna yang berubah wujud akibat proses pengangkatan daratan berjuta tahun lalu. Air laut beserta seluruh isinya terperangkap di tengah membentuk ekosistem unik.
Foto: Yahoo!/Famega Syavira

Kakaban dihuni empat macam ubur-ubur yang telah kehilangan daya sengat. Ubur-ubur tak menyengat ini hanya ada di dua tempat di dunia. Selain Kakaban mereka bisa ditemukan di Republik Palau, salah satu negara di Kepulauan Pasifik.

Ubur-ubur memenuhi danau seperti cendol. Aurelia aurita berbentuk seperti piring lebar bening. Cassiopeia ornata berenang terbalik dengan tentakel di atas. Martigias papua berwarna coklat dengan jumlah paling banyak. Kami berlomba mencari Tripedalia cystophora, ubur-ubur seujung kuku yang paling jarang ditemukan.

Danau itu punya sistemnya sendiri untuk menyeimbangkan populasi Di dasar danau ada anemon pemangsa ubur-ubur. Ukurannya sebesar jari, berwarna putih transparan dengan sulur. Coba saja dekatkan ubur-ubur ke sulur, dia menyantap ubur-ubur itu dengan mengisapnya.

Untuk menuju ke danau kami harus melalui dermaga kayu menuju hutan lebat. Tangga bersambung masuk dalam hutan, menaiki bukit. Danau ada di balik bukit kecil itu. Setelah berjalan beberapa ratus meter, upaya naik ke atas bukit terbayar sudah. Langit dan laut begitu biru. Udara segar bertiup dari pulau yang hijau.


Foto: Yahoo!/Famega Syavira

Kami langsung mencebur, lengkap dengan snorkel dan fin. Ubur-ubur banyak sekali dan mudah ditangkap. Rasanya seperti memegang jelly. Di tempat lain dengan ubur-ubur sebanyak ini, tak bakal ada orang yang berani berenang karena akan tersengat.

Hanya ada kami berlima dan pulau. Hanya terdengar bunyi tonggeret dan desir angin yang membuat kecipak kecil di permukaan danau. Suasana hening ini menambah kemisteriusan danau yang masih menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap.

Senin, 25 April 2011

Liburan Singkat? Ke Belitung Saja…

Oleh Olenka Priyadarsani

Pada sebuah akhir pekan yang panjang (long weekend) saya pergi berlibur ke Belitung seorang diri. Dari hiruk-pikuknya Jakarta, saya melarikan diri ke Pantai Tanjung Kelayang. Pantai ini tak jauh dari Pantai Tanjung Tinggi — objek wisata paling diminati wisatawan.

Belitung, yang makin terkenal sejak meledaknya novel “Laskar Pelangi” dan film berjudul sama, dapat ditempuh dalam 40 menit penerbangan dari Jakarta.

Tanjung Kelayang adalah sebuah pantai nelayan yang tenang. Tapi tidak seperti pantai nelayan lain yang pernah saya kunjungi, di pantai ini tidak tercium bau amis. Lautnya tetap biru, bersih, dan hanya sesekali terdengar suara mesin perahu penangkap ikan.

Di sisi kiri terdapat tumpukan bebatuan besar, yang selalu jadi ciri khas pantai-pantai di Belitung. Tempatnya sepi, nyaman, serta luar biasa indah. Tak heran bukit bebatuan tersebut jadi tempat favorit muda-mudi setempat. Bila Anda menaiki bebatuan itu hingga tempat yang cukup tinggi, Anda dapat melihat pemandangan birunya laut, beberapa pulau kecil berwarna hijau serta perahu nelayan di kejauhan. Sungguh liburan impian bagi saya.



Tanjung Tinggi terletak sekitar 3 km dari Tanjung Kelayang. Pantai ini merupakan ceruk yang dibatasi tebing batu. Pantainya cukup pendek, sehingga terasa sangat ramai pada akhir pekan. Dibandingkan dengan Tanjung Kelayang, ada lebih banyak warung makan dan toko kecil di pantai ini.

Setelah puas menikmati pantai di wilayah itu, pada keesokan harinya saya mengunjungi beberapa pulau kecil yang kabarnya sangat indah. Saya mengeluarkan uang untuk menyewa perahu seharga Rp 300 ribu per hari (akan jauh lebih hemat bila datang dengan rombongan).

Ditemani pengemudi perahu, saya berangkat pagi-pagi menuju Pulau Lengkuas dan sampai di sana dalam waktu kira-kira 30 menit.

Setibanya di Pulau Lengkuas, saya tidak sabar untuk segera menaiki mercusuar tua yang dibangun pada zaman Belanda namun masih berdiri kokoh dan berfungsi dengan baik. Ternyata cukup menakutkan.

Mercusuar itu dibangun pada 1882 dan terdiri dari 18 tingkat. Karena saya melepaskan sandal di kapal, kaki saya penuh dengan karat yang menempel di tangga mercusuar. Sedikit terengah-engah, akhirnya saya tiba di lantai paling atas. Pemandangan dari atas tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Langit biru bertemu dengan laut yang tidak kalah birunya. Pohon kelapa melambai-lambai bagai syair dari sebuah lagu lama.



Setelah puas mengambil gambar, saya pun turun untuk menikmati keindahan pulau. Ada beberapa buaian dan bangku kayu yang dipasang petugas mercusuar. Saya beristirahat sejenak kemudian berenang.

Tanpa mengindahkan baju saya yang basah kuyup, saya bergegas menuju perahu dan meminta pengemudi membawa saya ke pulau lain. Berbeda dengan saat berangkat, arus laut menjelang siang jauh lebih tenang. Kami pergi mengunjungi Pulau Burung.

Kami kembali ke Tanjung Kelayang menjelang sore. Perut lapar tak tertahankan. Setelah membersihkan badan, saya segera menuju ke restoran di penginapan. Tentu, saya ingin merasakan masakan khas Belitung, yaitu gangan.

Gangan adalah semacam gulai dengan bahan utama kepala ikan ketarap, namun dengan kuah yang lebih jernih dan segar. Sajian ini tambah istimewa dengan campuran nanas. Anda yang suka cita rasa tom yam, saya yakin akan ketagihan gangan bila mencoba.

Hari terakhir saya habiskan dengan mengelilingi pulau dengan motor sewaan seharga Rp 80 ribu sehari. Saya pergi ke Tanjung Pandan (sekitar 30-40 menit dari Tanjung Kelayang) menempuh jalanan yang cukup halus dan sepi. Hanya beberapa kali saya berpapasan dengan kendaraan lain.

Tetapi, Tanjung Pandan sendiri cukup ramai. Para pedagang durian berderet di depan toko-toko. Sayangnya, karena terlambat berangkat, waktu saya sangat singkat. Setelah berputar-putar di kota, saya pun kembali ke penginapan.

Liburan singkat namun berkesan telah berakhir. Tapi saya pasti akan kembali mengunjungi pantai-pantai indah di bagian timur.

Info akomodasi


Lor Inn mungkin merupakan hotel terbesar. Terletak di dekat Tanjung Tinggi, hotel seharga Rp 500 ribu per malam ini menyediakan berbagai fasilitas. Walau menghadap langsung ke pantai, hotel ini tidak berada di tepinya persis. Anda harus menyeberang jalan untuk sampai ke pantai.

Kelayang Cottages, tempat saya menginap, terdiri dari beberapa pondok kayu bercat warna-warni. Di setiap pondok terdapat sebuah tempat tidur sederhana dengan kelambu dan kamar mandi.

Penginapan ini terletak tepat di Pantai Tanjung Kelayang. Hanya beberapa langkah dari tepi pantai. Harga kamar mulai Rp 150 ribu, dan tersedia layanan antar-jemput ke bandara seharga Rp 150 ribu per trip.

Akomodasi lain di Tanjung Pandan antara lain Hotel Martani dan Wisma Martani.

Pantai Megalitikum di Ujung Barat Sumba

Oleh Famega Syavira Putri
Sumba barat daya menunjukkan keindahannya melalui Kampung Ratenggaro. Kampung ini istimewa karena terletak pada sebuah tebing di tepi pantai Ratewoyo. Posisinya menghadap ke lautan lepas dengan ombak yang besar memecah karang. Lurus ke depan, tak ada lagi daratan hingga tiba di Afrika.
Kampung ini semula terletak di tanjung yang letaknya tepat di tepi pantai. Namun abrasi dan pasang laut menyebabkan air masuk ke rumah, sehingga penduduk memutuskan untuk memindahkan  kampung ke tebing yang lebih tinggi.
Pada bekas kampung di tepi pantai masih tersisa kumpulan kubur batu megalitikum. Bentuknya berbeda dengan kubur batu lempengan bertiang seperti di kota Waikabubak. Kubur batu yang ada di sini terbuat dari batu utuh dengan tinggi lebih dari dua meter dan dihiasi tulisan serta gambar kuno.


Duduk di samping kubur batu kuno menyaksikan pantai cantik dengan ombak berdebur, saya mengerti kenapa Sumba begitu dipuja akan kekayaan budaya dan kecantikan alamnya. Pantai berpasir putih lembut diapit karang dan tebing tinggi mengingatkan saya pada Tanah Lot di Bali. Tentu saja, pantai ini jauh lebih indah dan sangat sepi. Sayangnya saya datang saat mendung sehingga tak bisa menyaksikan senja.

Di pantai itu saya bertemu dengan bapak tua bernama Thomas yang memainkan alat musik tradisional yang terbuat dari kayu. Petikan dawainya menambah suasana magis yang rasa rasakan di tempat itu. Kelelahan akibat perjalanan dengan motor selama dua jam langsung hilang. 

Kampung tersebut terletak di daerah Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya. Kodi ada di ujung barat pulau Sumba. Tempat ini berjarak sekitar 80 kilometer dari kota tempat saya menginap, Waikabubak. Dilihat di peta jalan ini agak memutar, tapi inilah jalan yang kondisinya paling baik.

Kali ini saya diantar oleh pemandu bernama Timoteus Pingge, penduduk asli Sumba. Meskipun dia bilang jalan yang kami lewati kondisinya paling baik, tetap saja kami harus melewati kubangan dan jalan berlubang. Sepanjang perjalanan kami bertemu rombongan anak-anak sekolah yang tersenyum ramah dan menyapa setiap pengendara yang berpapasan dengan mereka. “Siang ibu, siang bapa,” kata mereka. Awan mendung menggantung sehingga beberapa kali kami harus berteduh dari hujan.

Sawah, rumah di tepi jalan dengan kubur batu di halaman, jurang dan hutan menjadi suguhan yang menakjubkan untuk mata sepanjang perjalanan. Sebelum berangkat, kami membeli oleh-oleh penduduk desa. Rokok untuk bapak-bapak, sirih pinang untuk para ibu dan permen untuk anak-anak.


Tinggal di daerah yang begitu cantik tak banyak berpengaruh terhadap kesejahteraan warga kampung. Hanya segelitir dari mereka yang mencari penghidupan dari laut. Apalagi, kampung ini hanya terdiri atas lima rumah adat. Kebakaran yang terjadi empat tahun lalu membakar nyaris seluruh rumah di kampung. Dari 13 rumah, hanya satu yang selamat.

Kampung adat Sumba memang punya risiko kebakaran yang tinggi. Atap rumah yang terbuat dari ilalang mudah terbakar pada musim kemarau. Api menjalar terbawa angin, sehingga kebakaran biasanya memusnahkan seluruh rumah di kawasan.

Membangun ulang rumah adat tidak murah. Warga kampung bercerita bahwa sebuah rumah membutuhkan empat tiang utama agar tetap tegak berdiri. "Satu kayu harganya sama dengan seekor kerbau besar," kata para penghuni kampung. Itu baru biaya untuk tiang utama, belum menghitung biaya untuk membangun dinding, lantai dan atap. Selain biaya yang mahal, bahan-bahan yang semula mudah didapat dari hutan kini semakin sulit dicari.

Selanjutnya saya mengunjungi Kampung Paronabaroro. Kondisi kampung di daerah ini berbeda dengan kampung yang saya jelajahi di kota Waikabubak sebelumnya. Letaknya yang terpencil membuat kampung ini masih sangat sederhana.  Kepercayaan Marapu masih dipegang erat oleh para penghuninya.



Perempuan tua mengenakan kain tanpa penutup dada. Pria dan wanita mengunyah sirih pinang yang membuat ludah mereka berwarna merah kesumba. Kebiasaan ini dimulai sejak umur belasan dan membuat bibir nampak merah seakan memakai gincu. Kuda tertambat di samping rumah sebagai lambang status sosial keluarga.

Jalan masuk menuju kampung ini berupa jalan setapak sepanjang kira-kira 4 kilometer. Pada bagian depan kampung terdapat tanah lapang penuh kubur batu yang lebih baru. Sebagian sudah dimodifikasi dengan menggunakan semen, bukan lagi batu utuh.

Kubur batu dengan usia lebih tua terletak di bagian tengah kampung. Kompleks kubur batu mengelilingi sebuah altar tempat pelaksanan upacara adat. Tak sembarang orang boleh menginjakkan kaki ke tempat yang dianggap keramat itu.

Listrik baru saja masuk di kawasan ini pada akhir bulan Januari. Sumber listrik berasal dari genset yang bahan bakarnya diisi dengan cara patungan dengan beberapa kampung di sekitar. Untuk menghemat biaya, mereka hanya menggunakannya pada malam hari.