Senin, 22 November 2010

Kabupaten Bondowoso Jawa Timur


Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah: Wilayah barat merupakan pegunungan (bagian dari Pegunungan Hyang), bagian tengah berupa dataran tinggi dan bergelombang, sedang bagian timur berupa pegunungan (bagian dari Dataran Tinggi Ijen). Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten di daerah Tapal Kuda yang tidak memiliki garis pantai.
LETAK DAN POSISI Kabupaten Bondowoso adalah sebuah salah satu kabupaten dalam lingkup Propinsi Jawa Timur yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Dikenal dengan sebutan daerah tapal kuda. Ibukotanya adalah Bondowoso. Kabupaten Bondowoso memiliki luas wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis berada pada koordinat antara 113°48′10″ - 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ - 7°56′41″ LS. Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 0C – 25,10 0C, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang menghubungkan antar propinsi. Bondowoso juga tidak memiliki lautan. Ini yang menyebabkan Bondowoso sulit berkembang dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur. Secara geografis, Kabupaten Bondowoso mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
  • Sebelah utara : Kabupaten Situbondo,
  • Sebelah timur : Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi,
  • Sebelah selatan : Kabupaten Jember,
  • Sebelah barat : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo.

Sejarah


Kediaman resident Bondowoso di tahun 1927 - 1929
Rumah Assistent Resident, Bondowoso: before 1940
residentswoning te besoeki op Oost-java 1866
Kantor Pos & Telegrap 1930

Alun-alun Bondowoso 1898
Karnaval di Bondowoso 1925
Pohon Bringin ditengah alun2 Bondowoso 1931
Alun-alun Bondowoso 1910

Bondowoso doeloe ada karapan sapi lho

Stasiun Kereta Api Tempo Doeloe

Alun-alun kota Bondowoso di tahun 1920-an

Pembagian administratif

ADMINISTRASI Wilayah administrasi Kabupaten Bondowoso tahun 2008 terbagi atas 23 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 209 desa.

Karakter Fisik dan Wilayah

Kondisi dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri atas pegunungan dan perbukitan seluas 44,4 %, 24,9 % berupa dataran tinggi dan dataran rendah 30,7 % dari luas wilayah keseluruhan. Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian antara 78-2.300 meter dpl, dengan rincian 3,27% berada pada ketinggian di bawah 100 m dpl, 49,11% berada pada ketinggian antara 100 – 500 m dpl, 19,75% pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl dan 27,87% berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl. Menurut klasifikasi topografis wilayah, kelerengan Kabupaten Bondowoso bervariasi. Datar dengan kemiringan 0-2 % seluas 190,83 km2, landai (3-15%) seluas 568,17 km2, agak curam (16-40%) seluas 304,70 km2 dan sangat curam di atas 40% seluas 496,40 km2. Berdasarkan tinjauan geologis di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5% dan miasem jasies sedimen 1,5%. Untuk jenis tanahnya 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir; dan 3,1% bertekstur kasar yang meliputi pasir dan pasir berlempung. Berdasarkan tinjauan geologi, topografi, jenis tanah dan pola pemanfaatan lahan, wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki karakteristik sebagai kawasan rawan terhadap terjadinya bencana alam, khususnya banjir dan longsor. 1. Rawan Banjir Permasalahan lingkungan dan sosial yang menonjol adalah kerusakan hutan atau luasnya lahan kritis. Berbagai kegiatan masyarakat (dengan kualitas SDM terbatas) dalam memanfaatkan lahan (kehutanan, pertanian dan permukiman) berpengaruh besar pada kerusakan DAS Sampean. Kawasan hutan di Kabupaten Bondowoso berada dalam pengelolaan KPH Bondowoso dengan perincian: hutan lindung 46.784,2 ha; hutan produksi 45.218 ha; dan LDTI 366,32 Ha. Kawasan lindung yang diolah dan ditempati masyarakat mencapai 23,0%. Sebaliknya terdapat pula hutan produksi yang berada di atas tanah milik masyarakat. Hutan lindung dan hutan produksi yang ada relatif rawan terhadap penjarahan oleh masyarakat. Hal ini karena adanya tekanan penduduk yang besar yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang rendah, serta sistem kelembagaan yang kurang berjalan efektif. Sehingga masyarakat kurang peduli terhadap kelestarian hutan dan memanfaatkan hutan sebagai lahan mata pencaharian. Kerusakan lahan yang terjadi di Kabupaten Bondowoso (lahan kritis yang ada) mencapai luas 40.758 Ha, dengan rincian sangat kritis seluas 4.175 Ha, kritis seluas 10.420 Ha, agak kritis seluas 11.417 Ha, dan potensial kritis seluas 9.746 Ha yang pada umumnya adalah lahan masyarakat. Sedangkan lahan perhutani yang kritis mencapai 5.000 Ha. Adanya lahan kritis tersebut cenderung meningkatkan erosi, yang berakibat pada meningkatnya sedimentasi sungai, menurunkan daya tampung sungai, melampaui kapasitas sarana prasarana irigasi yang ada, sehinga timbul kawasan-kawasan rawan luapan air atau kawasan rawan banjir. Daerah rawan banjir mencakup 33,33% wilayah Kabupaten Bondowoso, khususnya kawasan-kawasan yang berada di sepanjang aliran Sungai Sampean dan Sungai Tlogo, di antaranya Kecamatan Grujugan, Bondowoso, Tenggarang, Wonosari, Klabang, Tapen, Prajekan, Sumberwringin, Pakem, Tegalampel, dan Tlogosari (Peta terlampir). Setiap tahun terjadi bencana banjir (terbesar tahun 2002) yang melanda wilayah Kabupaten Bondowoso dan Situbondo (daerah bawah DAS Sampean). Dampak seringnya terjadi banjir adalah meningkatnya kerusakan jaringan irigasi, kerusakan prasarana jalan, kerusakan instalasi air bersih dan rusaknya prasarana permukiman dan prasarana umum. Khusus prasarana irigasi, kerusakan jaringan apabila tidak tertangani segera akan menurunkan debit air irigasi dan pada akhirnya terjadi kekeringan lahan pertanian di musim kemarau. 2. Rawan Tanah Longsor Berdasarkan tingkat kemiringannya, wilayah Kabupaten Bondowoso terdiri dari: kemiringan 0-2% seluas 19.083 ha (12,23%), kemiringan 3-15% seluas 56.816,9 ha (36,42%), kemiringan 16-40% seluas 30.470,3 ha (19,53%) dan kemiringan di atas 40% seluas 49.639,8 ha (31,82%). Sedangkan kedalaman efektif tanah bervariasi antara 30 cm - 90 cm, dengan komposisi: 57,4% memiliki kedalamam efektif di atas 90 cm, 15,6% memiliki kedalaman efektif antara 60 cm - 90 cm, 14,7% memiliki kedalaman efektif antara 30 cm - 60 cm, dan 12,3% memiliki kedalaman efektif di bawah 30 cm. Ketinggian dan kedalaman efektif tanah yang bervariasi ini berpengaruh terhadap jenis, pertumbuhan dan kerapatan vegetasi. Berdasarkan Peta Geologi Jawa dan Madura, di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5%, dan miasem, jasies sedimen 1,5%. Sedangkan tanah di Kabupaten Bondowoso 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu, dan lempung liat berpasir, 3,1% bertekstur kasar yang meliputi pasir dan pasir berlempung, dan tidak ada yang bertekstur halus. Tingkat kemiringan dan tekstur tanah yang bervariasi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya erosi/longsor dan rendahnya jumlah cadangan air. Tanah yang mudah erosi/longsor seluas 40.796,62 ha (26,15%) dapat dijumpai di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Bondowoso, khususnya di wilayah Kecamatan Sempol, Sumberwringin, Tlogosari, Wringin, Tegalampel, Klabang, Pakem, Binakal, Curahdami, Grujugan dan Maesan (Peta terlampir). Kerawanan terhadap bencana longsor disebabkan juga oleh makin luasnya lahan kritis. Pada umumnya bencana banjir disertai oleh bencana longsor. Longsor terjadi setiap tahun pada kawasan-kawasan perbukitan dan lereng pegunungan yang seringkali melanda permukiman perdesaan, merusak prasarana irigasi, air bersih, jalan dan jembatan serta lahan-lahan pertanian masyarakat. 3. Kerawanan Terhadap Bencana Lainnya Selain bencana banjir dan longsor Wilayah Kabupaten Bondowoso juga rawan terhadap beberapa bencana lainnya yaitu gempa bumi, bahaya gunung berapi dan angin puyuh. a. Gempa Bumi Adanya aktivitas Gunung berapi (Gunung Ijen dan Gunung Raung) di sisi timur Kabupaten Bondowoso, mengakibatkan daerah sekitarnya rawan terhadap bencana Gempa Bumi yaitu mencakup 9,74% luas wilayah Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Raung). b. Bahaya Gunung Berapi Demikian halnya dengan kerawanan terhadap bencana gunung berapi, kondisinya sama dengan kerawanan terhadap bencana gempa bumi. Daerah rawan bencana Gunung Berapi mencakup 9,74% luas wilayah Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Raung). c. Angin Puyuh Karakteristik daerah yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan menyebabkan sering terjadinya angin puyuh di wilayah Bondowoso sehingga sebagian besar wilayah (50,76%) rawan angin puyuh yaitu meliputi wilayah Kecamatan Cermee, Wonosari, Prajekan, Wringin, Pakem, Curahdami, dan Grujugan.

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Bondowoso tahun 2007 sebesar 735.894 jiwa, yang terdiri dari 361.380 jiwa penduduk laki-laki dan 374.514 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 23 kecamatan. Ini mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebesar 10.323 jiwa atau sebesar 1,42 %. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Bondowoso sebesar 72.714 jiwa dan terendah di Kecamatan Sempol 8.103 jiwa. Angka kepadatan penduduk mencapai 471 jiwa/km2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bondowoso tahun 2008 yang terdiri dari empat komponen yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf orang dewasa, rata-rata sekolah dan paritas daya beli pada tahun 2008 sebesar 59,54. Meningkat dari tahun 2007 sebesar 59,05. Kecamatan dengan IPM tertinggi yaitu Kecamatan Bondowoso sebesar 68,58, dan IPM terendah di Kecamatan Sumberwringin sebesar 53,23.
Sosial Budaya dan Kesehatan Upaya penyehatan manusia dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat itu sendiri. Untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dapat dilakukan dengan cara menggerakkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, keluarga yang sadar gizi serta menjadikan seluruh desa menjadi desa siaga. Selain itu, dalam rangka menuju Bondowoso Sehat tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui dinas terkait telah melakukan beberapa upaya, antara lain revitalisasi RSU, Puskesmas, Polindes, Posyandu dan pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja masing-masing sarana kesehatan tersebut dalam mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Di Kabupaten Bondowoso sendiri saat ini telah terdapat sebuah Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi dengan tipe B. Juga terdapat sebuah Rumah Sakit Bhayangkara milik Polri dan Klinik Kusuma Bakti. Puskesmas tersebar di seluruh kecamatan. Khusus di Kecamatan Bondowoso terdapat tiga Puskesmas.
Pendidikan Pembangunan bidang pendidikan saat ini sedang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso, yang dilakukan dengan cara memperluas dan pemerataan kesempatan masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Ini dikarenakan masih adanya penduduk yang tidak tamat sekolah, putus sekolah dan bahkan tidak sekolah. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Bondowoso berupaya agar tingkat pendidikan masyarakat meningkat. Mulai dari pemenuhan sarana dan parasarana pendidikan formal hingga penyelenggaraan pendidikan luar sekolah salah satunya dengan Pemberantasan Buta Aksara (PBA), dimana Kabupaten Bondowoso telah dideklarasikan sebagai kabupaten bebas buta aksara oleh Presiden RI dengan diterimanya penghargaan Anugerah Aksara Tingkat Utama dari Presiden Republik Indonesia. Fasilitas pendidikan dasar tersebar di semua kecamatan. Sedangkan untuk pendidikan setingkat SMA sederajat terdapat di hampir semua kecamatan di Kabupaten Bondowoso. Untuk pendidikan tinggi berada di Kecamatan Bondowoso yaitu Universitas Bondowoso, Sekolah Tinggi Agama Islam At Taqwa dan Program Diploma III Keperawatan.
Kebudayaan Nasional Terdapat lima suku/ etnis di Kabupaten Bondowoso. Terbanyak dari suku Jawa dan Madura dan sebagian kecil suku India. Dua suku lainnya yaitu Cina dan Arab. Umumnya dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa Jawa dan Madura. Sedangkan jumlah situs bersejarah yang ada di Kabupaten Bondowoso berjumlah 12 situs yaitu Dolmen, Punden Berundak, Menhir, Sarkopagus, Kubur Batu, Batu Kenong, Pelinggih, Stunchambers (batu ruang), Goa Buto, Ekopak, Abris Saus Roche dan Area Batu.
Keagamaan Fasilitas peribadatan tersebar di seluruh Kabupaten Bondowoso. Masjid terbesar di Bondowoso yaitu Masjid Jami’ At Taqwa yang berada di sebelah barat alun-alun Bondowoso. Khusus untuk gereja Katolik, Pura dan Vihara terletak di Kecamatan Bondowoso. Di Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu kabupaten tapal kuda tersebar pondok-pondok pesantren dimana jumlah pondok pesantren dan jumlah santri setiap tahun selalu bertambah.

Perekonomian

INDUSTRI Jumlah perusahaan industri dibedakan menjadi industri besar, industri menengah dan industri kecil baik formal atau non formal. Jumlah industri besar dan menengah tetap seperti tahun sebelumnya yaitu berjumlah 22 dan 28 unit. Sedangkan jumlah industri kecil baik formal dan non formal meningkat menjadi 402 dan 17.760 unit. Penyerapan tenaga kerja meningkat rata-rata 2,26 %. Nilai investasi meningkat rata-rata 5,55% sebesar Rp. 81.635.736.400.- dengan nilai produksinya sebesar Rp. 168.896.897.650,- atau naik 6,02 %.
PERDAGANGAN Pembangunan sektor perdagangan tahun 2007 mengalami perkembangan signifikan. Ini ditandai dengan meningkatnya penerbitan/ pembaharuan pendaftaran perusahaan secara keseluruhan sebesar 7,69%. Penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) juga meningkat 7,75% dari tahun sebelumnya sebanyak 5.700 buah untuk SIUP kecil, menengah dan besar. Sarana perdagangan bagi masyarakat sampai tahun 2008 masih didominasi oleh toko/ ruko. Pasar induk terdapat di seputaran Jalan Teuku Umar dan Jalan Wadid Hasyim. Sedangkan swalayan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 25 buah. Di Bondowoso belum terdapat plaza/ mall. Terdapat juga beberapa pasar hewan yang tersebar di beberapa kecamatan. Kawasan jalan RE. Martadinata dan Alun-alun Bondowoso setiap sore sampai malam hari digunakan Pedagang Kaki Lima untuk menjajakan dagangannya. Pedagang buah-buahan disediakan tempat di Jalan Veteran.
LEMBAGA KEUANGAN Lembaga keuangan/ perbankan di samping untuk perorangan juga mempunyai peranan dalam meningkatkan pembangunan daerah. Jumlah bank baik bank pemerintah maupun swasta di Kabupaten Bondowoso tahun 2008 tetap seperti tahun sebelumnya. Bank pemerintah meliputi BRI, BNI, Bank Mandiri dan Bank Jatim. Bank swasta nasional meliputi BTPN, Bank Buana, Bank Danamon Simpan Pinjam dan Bank Bukopin. Untuk bank swasta asing/campuran yaitu BCA dan Bank Lippo. BRI Unit berjumlah 13 unit serta Bank Perkreditan Rakyat berjumlah 5 unit yaitu BPR Bintang Mas, Delta, Manuk Ayu, Manukwari dan Sari Dinar Mas.

Pariwisata

Pariwisata, seni dan budaya merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat, yang berdampak pada meningkatnya pendapatan daerah. Kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang RTRW Kabupaten Bondowoso, ditetapkan kawasan wisata Kabupaten Bondowoso yaitu :
1.Kawasan Wisata Terpadu Kawah Ijen di Kecamatan Sempol dan Sumberwringin, dengan obyek wisata : a.Wisata Kawah Ijen, Kawah Telaga Weru dan Kawah Wurung









b.Wisata Air Terjun Blawan dan Gua Stalagtit












c.Wisata Pemandian Air Panas Blawan dan Pemandian Damarwulan









d.Wisata Agro Kopi Kalisat












e.Wisata Air Terjun Puloagung - Sukorejo


2.Kawasan Wisata Terpadu Lereng Argopuro di Kecamatan Pakem, dengan obyek wisata :
a.Wisata Agro Pusat Penelitian Kopi dan Kakao










b.Wisata Air Terjun Tancak Kembar











c.Wisata Pendakian Pegunungan Hyang (Gunung Argopuro)
Cikasur

Puncak : Komplek Rengganis












3.Kawasan Wisata Pemandangan Arak-arak di Kecamatan Wringin;











4.Kawasan Wisata Pendakian Gunung Raung di Kecamatan Sumberwringin;
Puncak G. Raung

Kawah G. Raung


















5.Kawasan Wisata Panjat Tebing Alam Patirana di Kecamatan Grujugan;









6.Kawasan Wisata Pemanian Tasnan di Kecamatan Grujugan;










7.Kawasan Wisata Sejarah Sarkopage di Kecamatan Grujugan, Maesan, Wringin, Tegalampel, Bondowoso, Wonosari, Tamanan, Jambesari Darussholah, Prajekan, Tlogosari dan Sempol;












8.Kawasan Wisata Rekreasi Alun-alun Bondowoso;
Bendi Wisata di Alun2 Kota











9.Kawasan Wisata Ziarah Makam Ki Ronggo di Kecamatan Tegalampel;










10.Kawasan Wisata Budaya Pedepokan Gema Buana di Kecamatan Prajekan;
Tari Topeng

Singo Ulung










11.Kawasan Wisata Kerajinan Kuningan Cindogo di Kecamatan Tapen;










12.Kawasan Wisata Bendung Sampean Baru di Kecamatan Tapen;












13.Kawasan Wisata Budaya Upacara Adat Desa Blimbing di Kecamatan Klabang;
Tradisi Ojung












14.Kawasan Wisata Arung Jeram Bosamba di Kecamatan Taman Krocok dan Tapen.









15.kawasan wisata aduan sapi yang ada di kecamatan tapen










Ijen View Resort

Palm Hotel
Dalam mendukung pariwisata, di Kabupaten Bondowoso juga disediakan sarana akomodasi penginapan yang memadai bagi wisatawan. Pada tahun 2008 ini jumlah hotel di Kabupaten Bondowoso terdiri dari 11 hotel. Satu hotel bintang 3 yaitu Hotel Ijen View di Jalan KIS Mangunsarkoro. Sedangkan lainnya yaitu hotel melati. Enam hotel di Kota Bondowoso yaitu Palm, Anugerah, Baru, Slamet, Kinanti dan Grand serta 4 hotel di luar Kota Bondowoso yaitu Arabica, Catimore, Jampit, dan Wisata Asri.
Perhubungan dan Transportasi

Stasiun kereta api Bondowoso di tahun 1927-1929
Prasarana transportasi berupa terminal type C yang berada di Jalan Imam Bonjol. Terdapat pula Stasiun kereta api, namun sudah tidak beroperasi. Bondowoso juga tidak terdapat jembatan timbang. Sarana transportasi berupa bus umum yang terdiri dari bus antar kota dalam propinsi dan luar propinsi. MPU dan angkutan desa melayani trayek antar kota dan antar kecamatan. Di dalam kota sarana transportasi berupa becak dan dokar. Khusus untuk dokar beroperasi di pinggiran kota

Infrastruktur Wilayah

Infrastruktur Jalan Berdasarkan Rencana Tata Tuang Wilayah Kabupaten Bondowoso Tahun 2007, sistem prasarana jalan berdasarkan hirarki dan fungsi pelayanan di Kabupaten Bondowoso terdiri dari jalan kolektor primer, lokal primer dan lokal sekunder, yaitu : a.Jalan kolektor primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara ibukota Kabupaten Bondowoso dengan ibukota kabupaten sekitarnya, yaitu : 1)Jalan penghubung Bondowoso – Situbondo (Bondowoso-Tenggarang-Wonosari-Tapen-Klabang-Prajekan-Widuri); 2)Jalan penghubung Bondowoso – Banyuwangi (Bondowoso-Tenggarang Wonosari-Garduatak-Sukosari-Sempol-Paltuding); 3)Jalan penghubung Bondowoso – Jember (Bondowoso-Grujugan-Maesan-Suger Lor); 4)Jalan penghubung Bondowoso – Besuki (Bondowoso-Pal 9-Wringin-Arak-arak) b.Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara Kota Bondowoso dengan kota ordo II dan ordo III kabupaten dan ibukota kabupaten yaitu : 1) Jalan Bondowoso – Tegalampel – Taman Krocok 2) Jalan Wonosari – Taman Krocok 3) Jalan Widuri – Cermee 4) Jalan Klabang – Botolinggo 5) Jalan Bondowoso – Curahdami – Binakal 6) Jalan Tenggarang (Bataan) – Pujer – Tlogosari 7) Jalan Sukosari (Sumbergading) – Sumberwringin 8) dan jalan-jalan yang menghubungkan pusatkawasan perkotaan dengan kawasan perdagangan dan jasa, industri, wisata dan perkantoran. c. Jalan lokal primer dan sekunder yang potensial sebagai jalan tembus antar kabupaten yaitu : 1) Jalan Bondowoso (Koncer) – Grujugan Kidul – Tamanan – Sukowono Kabupaten Jember; 2) Jalan Maesan - Sukowono Kabupaten Jember; 3) Jalan Cermee – Panji Kabupaten Situbondo; 4) Jalan Klabang – Wonoboyo - Kendit – Panarukan Kabupaten Situbondo; d. Jalan lokal sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan permukiman baik permukiman perkotaan maupun perdesaan dengan kawasan perdagangan dan pemerintahan yang ada simpul-simpul kota di wilayah Kabupaten Bondowoso.
Tahun 2007 total panjang jalan di Kabupaten Bondowoso 1.286,550 km yang terdapat pada pada 323 ruas jalan, yang terdiri dari jalan aspal sepanjang 734,417 km (57,08%), jalan makadam 140,530 km (10,92%) dan jalan tanah sepanjang 411,603 km (32,00%). Untuk jembatan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 267 buah sepanjang 1.958,50 meter.

Makanan khas

Makanan khas Bondowoso adalah tape manis Bondowoso, yang umumnya dikemas dalam bèsèk (anyaman dari bambu berbentuk kotak). tape ini terbuat dari ketela pohon , wisatawan mancanegara menyebutnya fermented of cassava, mirip seperti peyeum tapi rasa tape manis bondowoso lebih khas. banyak wistawan dari luar bondowoso yang rela datang ke bondowoso hanya untuk membeli tape manis ini
merk tape manis yang terkenal antara lain Tape manis 82, tape manis 31, dll. Toko penjual tape manis Bondowoso pada umumnya terkonsentrasi di Jalan Jendral Sudirman atau lebih dikenal daerah Pecinan.Jl jendral sudirman.

*id.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar