Rabu, 17 November 2010

Abdulrahman "Karbol" Saleh (1909-1947)


Abdulrahman Saleh, yang akrab di panggil Pak Karbol, bukan saja seorang Perwira Tinggi, Pendidik, dan Pahlawan Nasional / Perintis TNI Angkatan Udara, tetapi juga perintis / pendiri Radio Republik Indonesia (RRI). Selain itu, beliau juga bapak fisiologi kedokteran Indonesia. Gelar lengkapnya adalah Komodor Udara Prof. dr. Abdulrahman Saleh, Sp.F.
Abdulrachman Saleh dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1909 di Jakarta. Pada masa mudanya, ia bersekolah di HIS (Sekolah rakyat berbahasa Belanda atau Hollandsch Inlandsche School), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau kini SLTP, AMS (Algemene Middelbare School) kini SMU, dan kemudian diteruskannya ke STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Karena pada saat itu STOVIA dibubarkan sebelum ia menyelesaikan studinya di sana, maka ia meneruskan studinya di GHS (Geneeskundige Hoge School), semacam sekolah tinggi dalam bidang kesehatan atau kedokteran. Ayahnya, Mohammad Saleh, tak pernah memaksakannya untuk menjadi dokter, tetapi karena saat itu hanya ada STOVIA saja. Ketika ia masih menjadi mahasiswa, ia sempat giat berpartisipasi dalam berbagai organisasi seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI atau Kepanduan Bangsa Indonesia.
Abdulrahman "Karbol" Saleh (1909-1947)
Setelah memperoleh ijazah dokter, beliau mendalami pengetahuan ilmu faal dan mengembangkannya di Indonesia. Oleh karena itu, Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958 menetapkan Abdulrachman Saleh sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia.

Beliau  juga aktif dalam perkumpulan olah raga terbang dan berhasil memperoleh ijazah atau surat izin terbang. Selain itu juga memimpin VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep), sebuah perkumpulan dalam bidang radio. Maka sesudah kemerdekaan diproklamasikan, beliau menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan Siaran Radio Indonesia Merdeka. Melalui pemancar tersebut, berita-berita mengenai Indonesia terutama tentang proklamasi Indonesia dapat disiarkan hingga ke luar negeri.

Abdulrahman Saleh menjadi pimpinan delegasi angkasawan radio yang menghadap Presiden Soekarno. Delegasi ini menyampaikan himbauan kepada Presiden agar menggunakan sarana komunikasi radio sebagai alat komunikasi palih ampuh untuk mencapai rakyat dengan cepat dan luas jangkauannya. Beliau berperan dan bahkan ditunjuk sebagai Pemimpin Umum RRI dalam mendirikan Radio Republik Indonesia yang berdiri pada 11 September 1945.

Setelah menyelesaikan tugasnya itu, beliau berpindah ke bidang militer dan memasuki dinas Angkatan Udara. Beliau diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946 dan turut mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang. Meskipun sebagai Angkatan Udara, beliau tidak melupakan profesinya sebagai dokter dan tetap memberikan kuliah pada Perguruan Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah.

Pada saat Belanda mengadakan agresi pertama, Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan pulang mereka mampir di Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota ini, mendapat publikasi luas dari media massa dalam dan luar negeri.

Tanggal 29 Juli 1947, ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi ijin pemerintah Inggris dan Belanda. Sore harinya, Soerjadarma, rekannya baru saja tiba dengan mobil jip di Maguwo. Namun, pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar. Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto.

Abulrachman Saleh dimakamkan di Yogyakarta dan ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.071/TK/Tahun 1974, tanggal 9 Nopember 1974. Pada tanggal 14 Juli 2000 atas prakarsa TNI-AU, makam Abdulrahman Saleh, Adisucipto, dan para istri mereka dipindahkan dari pemakaman Kuncen ke Kompleks Monumen Perjuangan TNI AU di Dusun Ngoto, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta.

Pak Karbol, istilah yang dipakai untuk sebutan bagi Taruna/ Kadet Akademi Angkatan Udara (AAU), menjadi Karbol AAU. Nama Beliau diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI-AU dan Bandar Udara di Malang. Selain itu, piala bergilir yang diperebutkan dalam Kompetisi Kedokteran dan Biologi Umum (Medical and General Biology Competition) disebut Piala Bergilir Abdulrahman Saleh.
Sumber : Wikipedia Indonesia dan www.tni-au.mil.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar