Hampir 200 perempuan menjadi korban perkosaan oleh para pemberontak di Republik Demokratik Kongo. Peristiwa keji itu berlangsung hanya dalam empat hari, saat mereka menduduki sebuah kota, 30 Juli-4 Agustus lalu.
Demikian ungkap laporan Badan PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA). Laporan itu menyorot perilaku kelompok FDLR Rwanda dan Mai-Mai Kongo saat menyandera kota Luvungi dan desa-desa di sekitarnya. Padahal, wilayah itu hanya berjarak beberapa mil dari markas pasukan perdamaian PBB.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, pemerkosaan itu terjadi secara sistematis. Pemimpin masyarakat madani, Charles Masudi Kisa, mengatakan, hanya ada sekitar 25 personel penjaga perdamaian, dan mereka berjuang keras melawan 200 hingga 400 pemberontak yang menguasai kota berpenduduk sekitar 2.200 orang dan lima desa di sekitarnya.
"Saat serangan terjadi, pemberontak menjarah rumah-rumah penduduk dan memperkosa para wanita di Luvungi dan area sekitarnya," kata Stefania Trassari, juru bicara kantor PBB untuk urusan kemanusiaan (OCHA), Senin, 23 Agustus 2010, seperti dikutip dari laman stasiun televisi Al Jazeera.
"International Medical Corps (IMC) melaporkan bahwa FDLR secara sistematis memperkosa penduduk selama penyanderaan empat hari. Total 179 kasus kekerasan seksual (pemerkoasaan) dilaporkan," kata Trassari.
IMC mengatakan pemberontak mengancam korban. "Hampir semua kasus pemerkosaan yang dilaporkan menyebutkan bahwa korban diperkosa oleh dua hingga enam pria bersenjata dan sering dilakukan di hadapan anak-anak dan suami korban," kata IMC.
PBB menarik 1.700 penjaga perdamaian dari Kongo dalam beberapa bulan terakhir untuk memenuhi permintaan pemerintahan DRC agar PBB mengakhiri misinya tahun depan, tetapi PBB masih membantu operasi penumpasan sejumlah kelompok bersenjata di wilayah timur Kongo.• VIVAnews
Demikian ungkap laporan Badan PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA). Laporan itu menyorot perilaku kelompok FDLR Rwanda dan Mai-Mai Kongo saat menyandera kota Luvungi dan desa-desa di sekitarnya. Padahal, wilayah itu hanya berjarak beberapa mil dari markas pasukan perdamaian PBB.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, pemerkosaan itu terjadi secara sistematis. Pemimpin masyarakat madani, Charles Masudi Kisa, mengatakan, hanya ada sekitar 25 personel penjaga perdamaian, dan mereka berjuang keras melawan 200 hingga 400 pemberontak yang menguasai kota berpenduduk sekitar 2.200 orang dan lima desa di sekitarnya.
"Saat serangan terjadi, pemberontak menjarah rumah-rumah penduduk dan memperkosa para wanita di Luvungi dan area sekitarnya," kata Stefania Trassari, juru bicara kantor PBB untuk urusan kemanusiaan (OCHA), Senin, 23 Agustus 2010, seperti dikutip dari laman stasiun televisi Al Jazeera.
"International Medical Corps (IMC) melaporkan bahwa FDLR secara sistematis memperkosa penduduk selama penyanderaan empat hari. Total 179 kasus kekerasan seksual (pemerkoasaan) dilaporkan," kata Trassari.
IMC mengatakan pemberontak mengancam korban. "Hampir semua kasus pemerkosaan yang dilaporkan menyebutkan bahwa korban diperkosa oleh dua hingga enam pria bersenjata dan sering dilakukan di hadapan anak-anak dan suami korban," kata IMC.
PBB menarik 1.700 penjaga perdamaian dari Kongo dalam beberapa bulan terakhir untuk memenuhi permintaan pemerintahan DRC agar PBB mengakhiri misinya tahun depan, tetapi PBB masih membantu operasi penumpasan sejumlah kelompok bersenjata di wilayah timur Kongo.• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar