Rabu, 27 Oktober 2010
Baru 27 Tahun Sudah Jadi Jenderal Bintang 4
Kim Jong Un kini terbilang sebagai jenderal bintang empat termuda di dunia. Di negara-negara lain, belum pernah mendengar ada personil militer yang mampu menempuh pangkat tertinggi di usia 27 tahun, seperti yang dinikmati Jong Un.
Kalau bukan putra diktator yang sangat berkuasa, tidak mungkin pula dia menyandang gelar itu. Jong Un merupakan putra paling bungsu pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Il.
Promosi Jong Un sebagai jenderal bintang empat dikabarkan Selasa, 28 September 2010. Bukan cuma itu saja yang diraih Jong Un. Media pemerintah Korut, Rabu pagi 29 September 2010, mengumumkan bahwa Jong Un juga mendapat posisi sebagai anggota Komite Pusat dan Wakil Ketua Komisi Militer Partai Pekerja - yang merupakan partai politik satu-satunya di negara komunis itu.
Sebagai Wakil Ketua Komisi Militer, Jong Un turut bertanggungjawab menyusun kebijakan militer, yang beranggotakan 1,2 juta personil. Demikian ungkap Kementrian Unifikasi Korea Selatan.
Uniknya, Jong Un tidak diketahui punya karir politik maupun militer. Media massa internasional hanya baru mengetahui Jong Un pernah bersekolah di Swiss.
Menurut majalah mingguan Swiss, L'Hebdo, pada edisi awal tahun ini, Jong Un terdaftar sebagai murid Sekolah Internasional di Berne hingga 1998, dengan nama samaran Pak Chol. Di sana, dia belajar bahasa Inggris, Jerman, dan Perancis.
"Seorang teman kelasnya menyebut dia pemalu dan introvert. Namun dia gemar bermain ski dan bola basket serta fans berat bintang NBA, Michael Jordan," tulis laporan L'Hebdo seperti yang dikutip harian The Guardian.
Tampaknya, penunjukkan Jong Un sebagai jenderal dan anggota inti pada Partai Pekerja merupakan skenario ayahnya. Jong Un disiapkan untuk mewarisi kekuasaan Jong Il bila dia wafat.
Wajar bila Jong Il mulai menyiapkan pengganti mengingat kesehatannya mulai menurun. Pada Agustus 2008, pemimpin yang kini berusia 68 tahun itu dikabarkan menderita stroke. Maka, harus ada calon pemimpin baru bila muncul kabar yang tidak menyenangkan menyangkut kesehatan Jong Il.
Peristiwa yang sama juga pernah terjadi saat Jong Il menggantikan ayahnya, Kim Il Sung, yang wafat pada 1994. Il Sung merupakan Bapak Pendiri Korut sehingga sudah dianggap dewa oleh rakyatnya.
Diantara ketiga putra yang dimiliki Jong Il, Jong Un tampaknya merupakan yang paling cocok menjadi calon pemimpin baru. Masalahnya, kedua kakaknya dianggap tak punya potensi memimpin 24 juta rakyat Korut.
Putra sulung Jong Il, yaitu Kim Jong Nam, sudah terlalu lama berada di luar negeri. Bahkan, Jong Nam sudah membuat malu ayahnya saat dia ketahuan berupaya kabur ke Jepang dengan paspor palsu pada 1990-an.
Putra kedua Jong Il, Kim Jong Chol, malah dianggap punya kepribadian menyimpang, karena bersifat lebih mirip perempuan ketimbang lelaki. Kepribadian Jong Chol itu diungkapkan oleh seorang mantan juru masak Jong Il, dalam otobiografi yang terbit pada 2003 berjudul "Saya Dulu Tukang Masak Kim Jong Il."
Jong Un diyakini masih berusia belia untuk menjadi jenderal, yaitu 27 tahun. Dia juga tidak punya pengalaman berpolitik dan tidak terdengar pernah berdinas militer.
Namun, dia merupakan kesayangan Jong Il. Penampilan dan ambisi Jong Un mirip dengan Jong Il.
Sampai muncul kabar pengangkatannya sebagai jenderal, Jong Un belum pernah muncul ke hadapan publik, apalagi berbicara. Kalangan media massa pun sejauh ini hanya bisa mendapatkan foto-foto Jong Un semasa kecil dan remaja.
Itu karena Jong Il selama ini sangat menutup rapat semua anggota keluarganya dari sorotan publik dan media. Maka, pengangkatan Jong Un dan isu bahwa dipersiapkan menjadi calon pemimpin baru Korut menjadi berita besar di mancanegara.
"Itu jelas merupakan kabar terbesar yang kami pernah dengar dari Korea Utara sejak meninggalnya Kim Il Sung," kata Peter Beck, pengamat dari Universitas Keio di Tokyo, Jepang.
Isu suksesi itu muncul saat Jong Il menggelar Kongres Partai Pekerja pekan ini. Momen itu sangat jarang terjadi di Korut, karena kongres terakhir berlangsung pada 1980.
Namun, pengamat dari The Mansfield Foundation, L. Gordon Flake, merasa bahwa isu suksesi kepemimpinan ini masih terlalu dini untuk dibicarakan. "Tidak ada suksesi selama Kim Jong Il masih hidup," kata Flake. "Apa yang kita saksikan adalah indikasi awal dari permulaan proses suksesi. Kim Jong Il masih berkuasa," lanjut Flake. *Indojunkers
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar