Hewan-hewan lebih dekat dengan alam daripada kebanyakan manusia. Alam merupakan tempat tinggal para hewan sejak awal mereka ada di bumi. Bahkan bila hewan dijadikan binatang peliharaan dan tinggal di rumah bersama-sama manusia, insting hewan tak berkurang. Mereka masih memiliki koneksi erat dengan alam.
Seperti yang sudah sering kita saksikan dan hadapi, banyak sekali bencana alam terjadi belakangan ini. Bahkan bisa lebih banyak lagi akibat kerusakan-kerusakan yang dibuat sendiri oleh manusia. Banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, badai, topan semuanya memakan banyak korban jiwa dan materi. Pengalaman membuktikan bahwa hewan-hewan dapat mendeteksi dini bencana alam dan membuat mereka selamat dari bencana. Kita sebagai manusia dapat memperhatikan hubungan erat antara hewan dengan alam yang nantinyapun akan dapat membantu kita mengurangi resiko dari bencana alam, termasuk kemungkinan menyelamatkan nyawa kita.
Disini saya akan membagikan berbagai pengalaman manusia (termasuk pengalaman pribadi) di berbagai wilayah yang selamat dari bencana alam dengan memperhatikan tanda atau petunjuk dari hewan-hewan pada kita manusia.
IKAN LELE & GEMPA
Di Jakarta dan berbagai kota metropolitan di dunia, rumah di atas tanah harganya jauh lebih mahal daripada tinggal di apartemen. Sehingga banyak sekali penduduk yang memilih tinggal di apartemen untuk efektivitas biaya. Apartemen yang dibangun bila kita amati perkembangannya semakin tinggi struktur bangunannya. Untuk keamanan dan kenyamanan para penghuni, manajemen apartemen biasanya mengadakan latihan evakuasi, baik dari kebakaran atau gempa. Ini hal yang cukup baik mengurangi resiko kecelakaan dan banyaknya korban. Bagi penghuni apartemen di lantai atas, evakuasi memakan waktu cukup lama.
Bagi para penghuni apartemen, hal lain yang dapat dimanfaatkan adalah dengan memelihara ikan lele. Sekelompok lele dipelihara dalam akuarium kaca atau kolam dalam apartemen. Lele memikiki sensitifitas tinggi terhadap pergerakan tanah termasuk gempa, bahkan walaupun lele diletakkan di lantai tinggi apartemen. Di Jepang, sangat disarankan bagi para penghuni partemen untuk memelihara ikan ini. Bila suatu getaran dalam tanah terjadi dan membentuk gempa, maka lele-lele peliharaan ini akan berkecipuk aktif dan mengibas-ibaskan air akuarium/kolam. Sebelum berita gempa muncul di TV atau radio, penghuni apartemen dapat bergegas melakukan evakuasi penyelamatan.
GAJAH & KRAKATAU
27 Agustus 1883 pulau gunung berapi Krakatau meletus. Gunung laut di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatera ini meletus dasyat memberikan catatat terhebatnya di zaman modern. Lebih dari 36 ribu jiwa tewas baik langsung atau tidak langsung akibat letusannya.
Sebuah cerita kecil menarik perhatian para peneliti. Kota Lampung di Sumatra Bagian Selatan, yang bersebrangan dengan Krakatau. Seminggu sebelum meletus, terdapat sebuah sirkus di Lampung. Sirkus itu memiliki gajah kecil. Tiba-tiba saja gajah kecil itu meraung-raung berlarian kesana kemari dan susah dihentikan. Pawangnya dan orang-orang sirkus sangat kesulitan menghentikan kenakalan si gajah. Tak ada yang mengerti mengapa si gajah berlaku seperti itu. Lalu seminggu setelah itu Krakatau meletus. Sepertinya si gajah kecil sudah tahu terlebih dahulu akan letupan-letupan gunung dan sudah merasakan getaran-getarannya sebelum letusan hebatnya terjadi.
GAJAH & TSUNAMI
26th Desember 2004, gempa berskala besar terjadi di laut Aceh. Beberpa menit kemudian, gelombang tsunaminya melahap pantai-pantai Negara Asia Tenggara. Tak ada yang pernah menyangka akan kejadiaan ini sebelumnya. Layaknya kisah dalam kitab suci, banjir di zaman Nuh, tsunami ini menewaskan ratusan ribu orang dan kerugian material yang tak terhitung.
Satu pulau kecil di Thailand. Seorang gadis cilik berlibur bersama keluarganya. Sudah beberapa kali ia mengunjungi pulau itu. Setiap kunjungannya ia selalu menyempatkan berjalan-jalan dengan mengendarai gajah. Gajah yang ia kendarai juga selalu gajah yang sama. Pagi itu, bersama pawang gajah, gadis cilik menegendarai gajah di pinggir pantai. Sedang asiknya mereka menikmati pemandangan alam dan semilir angin pantai di atas punggung gajah, tiba-tiba saja si gajah berlari cepat, seperti ketakutan. Kontan si gadis menjerit. Si gajah tak mempedulikan dan terus berlari. Pawannyapun ikut mengejar gajahnya. Gajah berlari dan membawa si gadis cilik sampai sebuah bukit. Di atas bukit, si gadis cilik, pawang dan gajah menatap kaku. Ombak sangat besar melahap pantai tempat mereka jalan-jalan. Mereka sangat bersyukur dan tambah menyayangi si gajah. Bila gajah tak berlari, maka mereka bertiga pasti tewas menjadi korban tsunami.
ANJING & BADAI
Ini merupakan riset oleh seorang pengamat hewan peliharaan di Amerika. Perhatikan berita atau pengumuman kehilangan hewan di Koran. Rata-rata tiap hari hanya 5% pemilik kehilangan anjing peliharaan mereka. Bila tiba-tiba berita atau pengumuman kehilangan ini melonjak hingga 20-30%, dipastikan akan datang sebuah bencana alam dalam waktu satu hingga tiga hari ke depan. Sepertinya anjing-anjing itu sudah tahu sebelumnya, kemudian kabur dari pemiliknya untuk menyelamatkan diri.
LUMBA-LUMBA & TSUNAMI
Sekelompok turis tiba di sebuah pulau kecil di Thailand. Mereka menyewa satu perahu dan pelatih professional scuba
diving tuk berenang di perairan laut pulau tersebut. Mereka berangkat dini hari. Di atas kapal mereka baru saja bersiap-siap dengan peralatan renang mereka dan akan menyeburkan diri menyelam di laut. Namun, tiba-tiba sekelompok lumba-lumba datang ke perahu. Awalnya mereka senang melihat kehadiran lumba-lumba ini. Namun, para penyelam ini menyadari keanehan pada lumba-lumba. Sepertinya lumba-lumba teriak-teriak mengeluarkan suaranya dan loncat-loncat ingin diperhatikan. Salah satu penyelam menangkap tanda ini dan sepertinya lumba-lumba ingin diikuti ke arah mana mereka berenang. Mereka tak jadi menyelam tapi langsung mengarahkan kapal mengikuti lumba-lumba tersebut. Ternyata mereka menjauhi pantai menuju laut yang lebih jauh. Baru mereka sadari beberapa jam setelah itu mereka kembali ke pulau mereka menginap dan melihat pantai dan hotel-hotel telah habis oleh tsunami yang terjadi tahun 2006 itu.
CAPUNG & BANJIR
Perhatikan hewan ini di sekitar tempat tinggal kita, terutama jumlahnya. Biasanya capung terbang disekitar kita sedikit dan jarang. Agak berbeda bila tempat tinggal kita dekat dengan sungai atau danau, mereka sering terbang ke sekeliling rumah dan berkelompok. Bila tiba-tiba mereka terbang sekeliling area tempat tinggal kita dalam jumlah banyak atau sangat banyak, maka mereka menandakan air akan naik.
Bisa air laut naik atau air sungai meluap naik dan efeknya adalah : banjir.
BURUNG & PETUNJUK-PETUNJUK MEREKA
Burung-burung memberikan banyak tanda pada manusia. Mereka menjadi sahabat dan penyelamat manusia tak hanya dalam hal bencana alam skala besar, tapi juga mengenai hal-hal kecil dalam kehidupan. Saya memperhatikan kehadiran burung dan siulan mereka dalam keseharian. Menyadari bahwa burung-burung adalah penyelamat jiwa manusia dan pemberi petunjuk banyak hal, maka sebaiknya kita tak berburu dan membunuh burung. Kehadiran mereka di alam, termasuk di lingkungan tempat kita di perkotaan, menjadi alarm terbaik bagi kita manusia.
Tanda-tanda dari para burung :
- 19 Oktober 1987 tragedi Bintaro. Kecelakaan tragis antara dua kereta berlokasi di Bintaro. Tabrakan dua kereta ini menewaskan 130an orang. Sepupu saya berada di salah satu kereta tersebut. Ia selamat tanpa terluka sedikitpun. Dan sebuah kenangan yang tak akan ia lupakan, dituturkan pada siapapun yang bertanya padanya tentang kecelakaan kereta tersebut. Sebelum kecelakaan, sepupu saya berada di gerbong ketiga sebelum gerbong terakhir kereta. Keretannya meluncur dari Tanah Abang menuju Bintaro. Saat itu ia agak mengantuk. Tiba2 ia mendengar orang-orang berteriak, “Hai-hai, lihat! Burung bagus…cantik sekali”. Semua penumpang di gerbong menatap seekor burung cantik berwarna-warni yang entah dari mana ia datang. Burung cantik itu berkeliaran di dalam gerbong. Dan terbang ke gerbong berikutnya. Entah bagaimana banyak sekali penumpang karena terpana melihat cantiknya burung itu, mereka mengikuti burung itu. Dan tak sadar mereka semua sudah sampai gerbong paling belakang. Barulah para penumpang dikagetkan oleh bunyi tabrakan kereta dan goncangan besar. Gerbong terakhir tak terguling. Sepupu saya dan para penumpang lainnya di gerbong tersebut berusaha keluar dari kereta kemudian melihat kereta yang mereka naiki tabrakan dengan kereta yang berlawanan arah. Sepupu saya bersyukur, bila ia dan penumpang lainnya tidak mengikuti burung cantik itu, maka mereka bisa saja jadi korban. Tiga belas tahun kemudian, dalam sebuah kegiatan, saya berkenalan dengan seseorang baik. Usianya jauh di atas saya. Karena kami akrab maka saya menganggapnya sebagai paman saya sendiri. Entah bagaimana, tiba-tiba dalam sebuah percakapan antara saya dan paman baru saya ini, ia bercerita pernah diselamatkan oleh seekor burung. Saya bertanya, di mana dan kapan terjadinya. Ternyata, paman saya ini merupakan salah satu penumpang yang selamat dari tragedi Bintaro, karena mengikuti seekor burung cantik. Paman baru saya dan sepupu saya berada di gerbong yang sama, gerbong terakhir kereta dan mereka selamat.
- 27 Maret 2009 bencana runtuhnya waduk Situ Gintung di Tangerang, Banten. Situ Gintung merupakan waduk buatan sebagai penampungan air hujan dan pengairan sawah. Dibangun tahun 1932-1933, dengan luas 31 ha. Sejak 1970an, fungsi waduk berkembang menjadi tempat wisata alam dengan dibangunnya restoran, kolam renang dan tempat outbond. Lokasi tempat tinggal saya sangat jauh dari Situ Gintung, beda provinsi. Saya tinggal di Jakarta Timur. Seminggu sebelum bencana, seekor burung selalu muncul di malam hari dan bersiul-siul di area perumahan kami. Ia muncul terus di malam atau tengah malam selama satu minggu. Saya dan keluarga sangat heran. Berita apa lagi yang di bawa si burung pada kami. Salah satu tetangga kami juga menyadari kehadiran si burung, namun kami semua hanya menunggu akan terjadinya sesuatu. Kami mulai mengawasi berita di TV dan radio. Hingga seminggu kemudian pagi harinya sebelum kerja, berita mengejutkan muncul. Waduk Situ Gintung pukul 4 pagi runtuh dan melahap wilayah sekitarnya. Korban tewas sedikitnya 99 orang. Air waduk sebanyak 2,1 juta meter kubik jebol dari dinding waduk dan melibas apapun di bawahnya termasuk perumahan, pabrik makanan, sekolah dan bangunan-bangunan lain. Tak ada yang mengira waduk yang dikira kokoh, ternyata bisa jebol dan memakan banyak korban. Sejak itu, sepertinya pemerintah berusaha mengecek dan membenahi waduk-waduk lainnya agar bencana seperti ini tak terulang lagi.
- Gempa Tasikmalaya 2 September 2009. Seperti yang saya terangkan sebelumnya bahwa tempat tinggal saya di Jakarta Timur, berarti jauh sekali dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebulan sebelum bencana tanda-tanda alam sudah muncul. Salah satunya seekor burung yang datang di area perumahan kami. Ia datang tiap beberapa hari sekali, tidak tiap hari sekali. Bisa sore hari, malam dan tengah malam. Kami memperhatikan kehadiran si burung. Pasti ia sedang memberi tanda. Sampai dua minggu tak ada berita apapun di TV. Hal penting lain yang menjadi perhatian kami adalah awan gempa! Saya berkeliling Jawa Barat. Awan garis garis lurus vertikal maupun horizontal sudah ada beberapa bulan sebelumnya. Mendekati hari gempa, awan-awan ini semakin banyak muncul. Setiap muncul awan ini di hadapan saya, saya selalu mengambil gambarnya dengan kamera handphone.
- Ada hal lain yang juga mendapat perhatian saya. Hampir tiap keluarga di lingkungan tempat tinggal saya, anak kecil atau bayi mereka sakit. Entah demam atau flu. Saya menyelidiki lebih jauh pada teman-teman saya yang tinggal berbeda lokasi dan sangat jauh lokasinya dari saya. Ternyata hampir semua teman saya di Jawa dan Bali yang memiliki anak kecil atau bayi, anak-anak ini terkena demam (demam berdarah, tifus), flu atau batuk. Sangat heran akan hal ini, maka kami sekeluarga agak waspada. Mulai kami membicarakan dengan tetangga yang bisa paham dengan hal ini. Mereka juga yakin akan terjadi sesuatu dari beberapa tanda alam ini. Total 1 bulan sejak kehadiran awal si burung, barulah gempa bumi hebat terjadi di laut dekat Tasikmalaya (kota di atas gunung) dan getaran gempa dirasakan di seluruh pulau Jawa dan Bali. Gempa bersekala besar 7.2 SR ini memakan korban 60an tewas di Jawa Barat. Tercatat puluhan orang masih terkubur di bawah longsoran perbukitan di daerah Cianjur akibat getaran gempa yang cukup besar itu.
- Hal lain terjadi pada saudara saya. Kantornya berada di Bekasi, Jawa Barat. Sekitar 90 menit perjalanan dari Jakarta Timur. Sepuluh menit sebelum gempa Tasikmalaya, sepasang burung gereja masuk kantornya. Sepertinya burung-burung kecil itu kehilangan daya navigasi karena mereka menabrak-nabrak dinding dan kaca kantor. Bersama rekannya, saudara saya mengeluarkan kedua burung itu. Tak lama dari itu mereka merasakan guncangan gempa. Ternyata, gempa dapat mengakibatkan magnetic bumi bumi berubah dan membuat para burung kehilangan daya navigasi sehingga burung-burung itu terbang kehilangan arah.
Kebanyakan dari kita berpikir bagaimana mengetahui petunjuk hewan-hewan ini, sedangkan kita tak kenal bahasa mereka. Para burung, gajah, lumba-lumba dan hewan-hewan lain, memberi petunjuk pada kita dengan caranya masing-masing. Bahasa pasti tak sama, namun maksudnya dapat kita pahami. Hukum alam mengatakan : bila kita memperhatikan sesuatu hal, pasti hal tersebut akan balik memperhatikan kita. Maka bila kita mulai memperhatikan keberadaan hewan-hewan di sekitar kita, energi kita, perhatian kita, cinta kita, pada mereka akan mereka terima. Secara alamiah, mereka terkoneksi dengan kita. Maka siap-siaplah kita tuk mendapatkan sesuatu dari mereka, kapanpun mereka bisa datang bersama petunjuk-petunjuknya.
Belajar dari pengalaman-pengalaman di atas, kita patut menyadari bahwa sebagai manusia kita tak dapat memutuskan hubungan dengan alam. Tak cukup hanya berhubungan dengan sesama manusia. Manusia hanya bagian kecil dari alam. Hewan-hewan, tumbuhan, tanah, air, sungai, laut, awan, gunung-gunung semua bagian alam, bagian dari diri kita, rantai ekosistem yang penting, rantai keseimbangan kehidupan di bumi. Rasa saling peduli dan cinta dapat kita berikan pada semua bagian-bagian alam ini.