Sabtu, 23 April 2011
Hipnosis, Hopnoterapi, dan Cuci Otak
Beberapa waktu yang lalu saya membaca berita tentang seorang ibu muda yang ‘dicuci otaknya’ sehingga ia lalu menjadi linglung tak ingat keluarga. Lalu berbagai tanggapan muncul tentang cuci otak dan hipnosis dan gendam dan hipnoterapi. Ada yang ok dan bagus ada juga yang perlu diluruskan.
Sebagai seorang dokter ahli kedokteran jiwa / psikiater yang sering menggunakan metode hipnoterapi dalam praktek sehari – hari, saya ingin membagi sedikit pengalaman. Pasien – pasien yang saya bantu dengan metode hipnoterapi sebagai salah satu metode / moda terapi menunjukkan perbaikan yang signifikan, walaupun susah bagi saya untuk mengklaim bahwa hipnoterapi semata yang menyembuhkan.
Dalam dunia psikiatri, penatalaksanaan pasien dilaksanakan dengan menerapkan psikoterapi dan psikofarmaka sehingga dapat diharapkan terjadi pendekatan yang holistik pada pasien tersebut. Hipnoterapi sendiri dikenal sebagai salah satu moda / metode terapi dalam psikoterapi. Moda yang lain biasanya: terapi kognitif, perilaku, kognitif dan perilaku, psikoanalisis dengan berbagai submetodenya dan lain – lain. Dalam praktek saya menggunakan berbagai macam moda ini sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan pasien. Bahkan dibanyak kasus saya menggunakan lebih dari satu moda psikoterapi sebagai upaya saya untuk mencapai hasil maksimal. Sedangkan psikofarmaka adalah penggunaan obat – obatan yang dapat memperbaiki kondisi mental seseorang. Obat – obatan ini dapat mengubah dan menyelaraskan neurotransmiter (suatu zat tertentu yang memegang peranan dalam mengatur kondisi mental) yang ada secara alamiah di dalam otak kita. Orang dengan psikotik, depresi, gangguan cemas, misalnya, memiliki kadar neurotransmiter dopamin, serotonin, glutamat yang berbeda dengan orang yang tidak mengalaminya dan terbukti dengan pemberian obat-obatan antipsikotik, antidepresan, dan anticemas, kadar neurotransmiter itu kembali seimbang sehingga keluhan klinis tersebut menghilang.
Mengapa hal ini bisa terjadi? secara ringkas dapat dikatakan karena manusia adalah mahluk yang terdiri dari jiwa dan raga, sehingga konsekuensinya: apa yang terjadi pada jiwa akan mempengaruhi raga dan sebaliknya. Teori ini juga telah dibuktikan pada berbagai penelitian di seluruh dunia bahwa penatalaksanaan gangguan jiwa diantaranya seperti psikotik, depresi, gangguan cemas, autistik, ADHD, dan lain – lain tidak akan maksimal dan sempurna tanpa intervensi secara psikoterapi dan psikofarmaka secara simultan.
Hipnoterapi mendasari teorinya pada pernyataan bahwa manusia dikendalikan oleh pikiran sadar (conscious) dan bawah sadar (unconscious). Secara sederhana pikiran sadar dikatakan bersifat kritis, analitik, dan waspada sementara pikiran bawah sadar bersifat naif, terbuka, mengiyakan/menyetujui/mengikuti/meng-amin-i semua informasi yang masuk. Pikiran sadar ‘menguasai’ sekitar 10 % dari diri kita dan sisanya 90 % dikuasai oleh pikiran bawah sadar. Pada kondisi ‘normal’, informasi yang kita dapat akan disortir oleh pikiran sadar sebelum masuk ke pikiran bawah sadar. setelah masuk ke pikiran bawah sadar maka informasi itu akan muncul dalam bentuk: kebiasaan, sifat, anggapan, cara / pola berpikir dan sejenisnya. Ini yang menerangkan kenapa karakter kita sangat sulit diubah, kebiasaan sangat sulit dimodifikasi dan seringkali kita dibatasi oleh berbagai macam hal seperti: takut gelap, takut gagal, malu, cemas, gelisah, tak percaya diri, nekat, pemberani, pantang menyerah, percaya diri tinggi, mudah bergaul dll. Semua itu sangat tergantung dengan apa yang sudah masuk dan terpatri dialam bawah sadar kita.
Hipnotis panggung seperti yang sering kita lihat di acara televisi memanfaatkan kondisi sesaat yang dimana pikiran sadar seseorang disingkirkan / diistirahatkan. Jadi pada saat itu pikiran bawah sadar yang langsung berinteraksi dengan dunia luar, sehingga kemampuan kritikal analitik kita ‘hilang’.
Hipnoterapi memanfaatkan kondisi yang sama untuk kepentingan terapi. Kondisi kesehatan jiwa seseorang yang sudah terdata di alam bawah sadar dicoba untuk diubah dengan memberikan ‘sugesti’ baru yang lebih positif sehingga dapat ‘menyembuhkan’ pasien. Oleh karena itu jarang sekali metode hipnoterapi dapat dilaksanakan hanya dalam satu kali konsultasi / pertemuan, karena sugesti yang kita ‘tanamkan’ perlu pengulangan sehingga makin kuat dan permanen.
Sejauh pemahaman saya selama ini, yang dimaksud dengan istilah ‘cuci otak’ di masyarakat kita diartikan: seseorang yang setelah mengalami proses (non gaib dan atau gaib) tertentu secara mental berubah menjadi orang lain, baik cara berpikir, bertingkah laku, maupun perasaannya. Beberapa ada yang mengalami hilang ingatan (mungkin ini yang menimbulkan perkataan washing = dicuci). Bila seseorang mengalami kondisi dimana ada bagian tertentu otaknya yang rusak, oleh karena sebab apapun baik trauma, infeksi, kelainan perkembangan, penuaan maka fungsi otaknya akan berubah, dan pada beberapa kasus bisa menimbulkan gejala seperti ‘cuci otak’ tadi. Bila seseorang dihipnosis sedemikian rupa sehingga dapat mencapai kondisi trance yang dalam maka iapun dapat menunjukkan gejala yang sama seperti orang yang dicuci otaknya. Yang manakah yang terjadi pada ibu muda yang diberitakan itu? tentunya perlu dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh oleh ahli yang kompeten dibidang ini.
Jadi ‘cuci otak’ bisa saja merupakan fenomena biasa yang terjadi akibat kerusakan pada otak, atau akibat gangguan fungsi. Bila terjadi karena kerusakan otak, tergantung dari keparahannya, ada yang dapat disembuhkan ada yang permanen, Bila murni karena proses hipnosis maka dengan menjalani proses hipnosis / hipnoterapi dapat berangsur – angsur disembuhkan. Dalam kasus ini saya berpendapat bahwa bentuk hipnosis / hipnoterapi dapat berupa apa saja, bahkan yang terlihat sepele tapi berkesan, seperti mendengar dan menyaksikan tangisan anak kandung, bertemu muka dan berbicara dengan orang yang sebelumnya dikenal akrab, kembali ke tempat / lingkungan ia tinggal sampai ke sesi – sesi hipnoterapi yang dilakukan secara khusus dibawah bimbingan hipnoterapis profesional.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar