Selasa, 26 April 2011

Hal-hal yang Harus Diwaspadai Turis di Bangkok

      Oleh Cattleya Jaruthavee
Anda berencana datang ke Thailand? Lihatlah lebih jauh dari sekadar senyuman selamat datang dan ingat-ingatlah tips dari orang lokal ini.



Sekilas, penduduk Thailand tampak santai dan ramah. Apalagi negara kami dikenal dengan julukan Land of Smiles.

Sekilas, penduduk Thailand tampak santai dan ramah. Apalagi negara kami dikenal dengan julukan Land of Smiles. Tetapi setelah dua dekade mengalami langsung kehidupan di Bangkok, saya belajar untuk tidak terperdaya oleh semua orang yang datang ke saya sambil tersenyum lebar.

Selain harus waspada terhadap cara-cara penduduk lokal, ada beberapa nasihat yang sudah biasa Anda dengar, seperti pastikan jajanan yang Anda beli dimasak dengan benar dan hindari gang-gang gelap pada malam hari.

Berikut adalah beberapa celah di Bangkok yang harus Anda waspadai.  

1. Polisi rokok

 
Biasanya, polisi Bangkok akan sangat membantu jika Anda bertanya arah jalan atau saat habis kecopetan. Tetapi, Polisi Metropolitan Bangkok, yang bisa Anda kenali dari tanda hijau di bagian lengan, dilaporkan telah berubah jadi kurang ramah dalam beberapa bulan terakhir.

Polisi memang seharusnya mendenda orang yang membuang sampah sembarangan, meski mereka jarang melakukannya — kecuali jika Anda tiba-tiba berada di sebuah razia yang sengaja memerangkap para turis, dan kemudian meminta mereka membayar denda secara tunai.

Saya pernah menyaksikan pasangan asal Rusia yang didenda karena menjatuhkan rokok ke saluran pembuangan air.

Secara hukum, pasangan Rusia itu memang salah. Tapi, meski jalanan Bangkok penuh dengan sampah, Anda akan jarang melihat penduduk lokal didenda.

Menyasar para turis adalah cara mudah untuk mendapat beberapa dolar dari para pengunjung. Dan yang semakin menyusahkan lagi, sangat sedikit terdapat asbak di jalanan.

Harian The Bangkok Post pun sempat meluncurkan liputan investigasi tentang kelakuan para polisi rokok ini.

2. Pengemis yang dikendalikan jaringan mafia

Kebanyakan pengemis di Bangkok dikendalikan jaringan mafia, atau oleh para orangtua yang mempergunakan anak-anak mereka sebagai alat untuk menarik simpati dan uang. Meski para pengemis ini tampak menyedihkan, berusahalah untuk tidak memberi uang, karena ini akan membuat siklus jahat terus berlanjut.

3. Pengendara tuk-tuk yang mengambil keuntungan

 
Tuk-tuk beroda tiga adalah alat transportasi paling khas Bangkok.

Kebanyakan tuk-tuk ini aman, tapi Anda harus menghindari pengendara yang menawarkan harga sangat murah. "Empat puluh baht, seharian, saya antar Anda ke mana saja!"

Jika Anda bilang iya, maka Anda akan dibawa ke beberapa kuil, lalu ke sebuah restoran tempat Anda bisa makan siang. Si supir akan mendapat komisi karena telah membawa Anda. Tidak masalah, sih.

Sampai kemudian Anda akan dibawa ke “toko batu permata”, bahkan ketika Anda berkeras tidak tertarik untuk belanja. Para pengemudi tuk-tuk ini akan mendapat kupon untuk bensin atau komisi dari tempat-tempat seperti ini sementara Anda menghabiskan waktu melihat-lihat barang-barang tak berharga. Anda masih beruntung jika hanya rugi waktu.

Agar Anda menikmati naik tuk-tuk tanpa harus khawatir akan tipuan semacam ini, dekati atau berhentikan tuk-tuk daripada Anda menerima tawaran dari pengemudi yang mendekati Anda.

Setelah Anda memberi tahu tujuan Anda, tetapkan harga yang Anda sepakati sebelum menaiki tuk-tuk.  

4. Harga dua lapis

Kios-kios di pasar yang menjual pakaian dan aksesoris selalu menetapkan harga lebih tinggi bagi turis. Sebenarnya tidak banyak yang bisa Anda lakukan kecuali menawar sampai harga terendah. Jangan lupa juga bandingkan harga dari beberapa toko sebelum memutuskan membeli. Anda bisa pergi setiap saat — kebanyakan penjual akan menyerah jika harga yang Anda tawar cukup masuk akal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar