Dalam perjalanan sejarahnya, bangsa  kita telah melahirnya sekian banyak tokoh besar dalam beraneka macam  bidang kehidupan, mulai dari politisi, agamawan, ilmuwan, olahragawan,  seniman, hingga penulis. Sebagian besar dari tokoh terkenal Indonesia tersebut bukan hanya dikenal di dalam negeri tetapi juga dikenal di mancanegara.
Salah seorang di antaranya adalah Haji Abdul Malik Karim Amarullah yang lebih dikenal dengan sebutan Hamka. Ia seorang ulama  besar yang pernah dilahirkan bangsa Indonesia. Tun Abdul Razak, mantan  Perdana Menteri Malaysia pernah mengatakan bahwa Hamka bukan hanya milik  bangsa Indonesia, tetapi juga telah menjadi kebanggaan bangsa-bangsa  Asia Tenggara.
Ulama yang pernah mendapat anugerah gelar  Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Kairo ini lahir di  Maninjau, Sumatera Barat, 16 Februari 1908. Beliau adalah putra dari  Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul), seorang tokoh sentral dalam gerakan Islam “Kaum Muda” di daerahnya bersama Syekh Muhammad Djamil Djambek dan  H. Abdullah Ahmad.
Ulama Sekaligus Penulis
Selain aktif berdakwah secara lisan —beliau dikenal dengan ceramah— ceramah agamanya di radio pada 1970-an, Hamka pun dikenal sebagai ulama yang sangat produktif dalam menulis.
Bahkan,  profesi kepenulisannya ini telah melahirkan sisi lain dari pribadinya;  sisi yang kerap disandingkan dengan keulamaannya, yaitu sebagai seorang  sastrawan sekaligus penulis Islam paling sukses di Indonesia, khususnya pada awal abad ke-20.
Tulisannya sangat kaya ide, dibawakan secara mengalir, dan mencakup banyak bidang kajian mulai dari tasawuf modern yang ditulis pada 1930-an, sejarah, politik, budaya, fikih, akhlak, hingga hingga roman dan cerpen.
Mandi  Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, Di Tepi Sungai Dajah, Di  Bawah Naungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal van der Wijk, Merantau ke Deli,  Di Dalam Lembah Kehidupan, dan biografi orang tuanya berjudul Ayahku adalah sebagian karya roman yang pernah ia tulis.
Jika dihitung, tidak kurang dari 118 buah tulisan  Hamka yang dibukukan. Jumlah ini belum termasuk karangan yang dimuat di  media massa atau yang disampaikan dalam ceramah dan kuliah. Karya-karya  ini seakan menunjukkan keluasan dan kedalaman ilmu seorang Hamka.
Pada 27 Januari 1964, ulama dengan jasa yang besar pada negara  ini ditangkap sahabatnya sendiri. Ia dijebloskan ke penjara selama Orde  Lama karena ceramah dan tulisan-tulisanya yang dianggap “menyinggung  perasaan” penguasa.
Selama mendekam dalam penjara itulah Hamka merampungkan karya monumentalnya, yakni Tafsir Al-Azhar. Dalam tafsirnya tersebut, ia menuturkan pengalamannya selama di penjara.
“…  tetapi di samping hati mereka yang puas (karena telah memenjarakan  saya), Allah pun telah melengkapi apa yang difirmankan-Nya dalam QS  Ath-Taghâbûn, 64 ayat 11. Yaitu bahwa segala musibah yang menimpa diri manusia  adalah karena izin-Nya. Asal manusia beriman teguh kepada Allah, maka  Allah pun akan memberikan hidayah ke dalam hatinya. Allah rupanya  menghendaki agar masa terpisah dari anak istri selama dua tahun, dan  terpisah dari masyarakat, dapat saya pergunakan untuk menyelesaikan  pekerjaan berat ini, yaitu menafsirkan Al-Quran  Al-Karim. Karena kalau saya masih di luar, pekerjaan ini tidak akan  selesai sampai saya mati. Masa dua tahun telah saya pergunakan dengan  sebaik-baiknya.”
Inilah Hamka, walau dipenjara ia tetap setia dengan kebenaran,  tidak berhenti berkarya dan tetap bersemangat “mengajari” umat. Inilah  karakter yang menjadi ciri khas orang-orang besar sepanjang sejarah.  Hamka wafat pada 1981 dengan meninggalkan warisan berharga bagi generasi  selanjutnya.
Karya-karyanya telah menjadikan Hamka “tetap hidup” dalam memori bangsa Indonesia sekaligus menghidupkan inspirasi generasi sesudahnya untuk berkarya dan memberikan kontribusi positif bagi umat.
Kata-Kata Mutiara
Berikut ini adalah beberapa kata mutiara peninggalan Hamka yang layak kita renungkan:
- Cinta tidak mengajari kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta tidak mengajari kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta tidak melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.
- Kecantikan yang abadi terletak pada keelokkan adab dan ketinggian ilmu seseorang, bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.
- Kata-kata yang lemah dan beradab dapat melembutkan hati dan manusia yang keras.
- Tuhanku, dosa yang aku kerjakan amat kecil jika dibandingkan dengan besarnya ampunan-Mu. Kalau Engkau hendak mencelakakanku, gelap jalan yang aku tempuh. Tak seorang pun yang kuat kuasa mempertahankan aku. Kalau Engkau hendak memberi aku malu, terbukalah rahasiaku, walaupun bagaimana aku menyembunyikan. Karena itu, ya Tuhanku, sempurnakanlah awal hikmah-Mu sampai ke ujungnya, dan jangan Engkau cabut apa yang telah Engkau karuniakan.
- Undang-undang adab dan budi pekerti membentuk kemerdekaan bekerja. Undang-undang akal membentuk kemerdekaan berpikir. Dengan jalan menambah kecerdasan akal, bertambah murnilah kemerdekaan berpikir.
- Di dalam medan kehidupan, ada undang-undang yang harus dijaga dan diperhatikan. Ada yang berhubungan dengan kesehatan tubuh, dengan keberesan akal dan yang berhubung dengan kemuliaan adab dan budi.


 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar